Rabu, 30 November 2016

KESULITAN BELAJAR


Hakikat kesulitan belajar
Kesulitan belajar atau learning disability yang biasa juga disebut istilah learning disorder atau learning difficulty adalah suatu kelainan yang membuat individu yang bersangkutan sulit untuk melakukan kegiatan belajar secara efektif. Faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar tidak mudah untuk ditetapkan karena faktor tersebut bersifat kompleks. Bahkan, faktor penyebab tersebut tidak dapat diketahui, namun mempengaruhi kemampuan otak dalam menerima dan memproses informasi dan kemampuan dalam belajar bidang – bidang studi tertentu.
Kesulitan belajar tidak berhubungan langsung dengan tingkat inteligensi dari individu yang mengalami kesulitan, namun indivdu tersebut mengalami kesulitan dalam menguasai ketrampilan belajar dan dalam melaksanakan tugas – tugas spesifik yang dibutuhkan dalam belajar seperti yang dilakukan dalam pendekatan dan metode pembelajaran konvensional. Kesulitan belajar merupakan isu yang berkepanjangan didalam dunia pendidikankarena kelainan ini sulit untuk diatasi, namun dengan dukungan dan intervensi yang tepat, individu yang berkesulitan belajar dapat melaksanakan tugas – tugas belajarnya dan sukses dalam pelajarannya, dan bahkan memiliki karier yang cemerlang setelah mereka dewasa.
Kesulitan belajar dapat dipahami melalui berbagai definisi yang dikemukakan oleh berbagai ahli dan asosiasi ahli kesulitan belajar. Reid (1986:12) mengemukakan pendapatnya bahwa kesulitan belajar biasanya tidak dapat diidentifikasi sampai anak mengalami kegagalan dalam menyelesaikan tugas – tugas akademik yang harus dilakukannya. Selanjutnya, ia mengatakan bahwa siswa yang teridentifikasi mengalami kesulitan belajar memiliki cirri – cirri, antara lain seperti berikut ini :
Memiliki tingkat intelligensi (IQ) normal, bahkan diatas normal, atau sedikit dibawah normal berdasarkan tes  IQ, namun siswa memiliki IQ sedikit dibawah normal bukanlah karena IQ-nya yang dibawah normal, akan tetapi kesulitan belajar yang dialaminya menyebabkan ia mengalami kesulitan dalam menjalani tes IQ sehingga memperoleh score yang rendah.
Mengalami kesulitan dalam beberapa mata pelajaran, tetapi menunjukan nilai yang baik pada mata pelajaran yang lain.
Kesulitan belajar yang dialami siswa yang berkesulitan belajar berpengaruh terhadap keberhasilan belajar yang dicapainya sehingga siswa tersebut dapat dikategorikan kedalam lower achiever (siswa dengan pencapaian hasil belajar dibawah potensi yang dimilikinya).
    Secara tradisional, siswa yang mengalami kesulitan belajar termasuk ke dalam individu yang mengalami penyimpangan dalam perkembangannya, namun tidak dapat dimasukan kedalam kelompok individu yang mengalami keterbelakangan mental atau tuna grahita karena mereka memiliki tingkat inteligensi yang normal, bahkan diatas normal.
    Kesadaran untuk tidak memasukkan siswa yang mengalami kesulitan belajar kedalam kelompok tuna grahita karena individu tersebut belum tentu dapat dikelompokkan kedalam kelompok tuna grahita, walaupun ia membutuhkan pelayanan pendidikan secara khusus untuk beberapa mata pelajaran, semakin meningkat. Pada saat ini, pelayanan pendidikan secara khusus telah diberikan kepada siswa berkesulitan belajar, walaupun belum di lakukan secara efektif.

Sumber :
Jamaris,Martini.2014.”Kesulitan Belajar.”Perspektif, Assessment, Dan Penanggulangannya Bagi Anak Usia Dini Dan Usia Sekolah”.Bogor:Penerbit Ghalia Indonesia

Jumat, 11 November 2016

Penggunaan metode dalam pembelajaran




            Dalam melakukan pembelajaran tentu dibutuhkan metode yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, berikut penulis sampaikan merode yang dapat diterapkan di dalam pembelajaran, pada dasarnya semua metode pembelajaran itu baik,, hanya saja tinggal kita sebagai pendidik untuk dapat memilih metode yang tepat dan sesuai dengan materi pembelajaran,, semoga bermanfaat
1.      Metode ceramah
            Ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada peserta didik. Dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan uraiannya, guru dapat menggunakan alat – alat bantu seperti gambar dan audio visual lainnya. Ceramah adalah penuturan lisan dari guru kepada peserta didik, ceramah juga sebagai kegiatan memberikan informasi dengan kata – kata sering dengan mengaburkan dan kadang – kadang ditafsirkan salah. Kadang – kadang terjadi pula orang baru saja mengikuti ceramah, jika ditanya, tidak tahu apa – apa. Kemungkinan terjadinya hal ini adalah Karena penceramahnya kurang pandai menyampaikan informasi dan mungkin pulan karena khalayaknya bukan pendengar yang baik. Karena itu, alat utama dalam metode ceramah ini adalah berhubungan dengan siswa menggunakan bahasa lisan.
            Peranan siswa dalam metode ceramah adalah mendengarkan dengan teliti mencatat pokok penting yang dikemukakan oleh guru. Disamping itu, mungkin pula disebabkan oleh sifat metodenya sendiri, yaitu : (1) metode ceramah tidak dapat memberikan kesempatan untuk berdiskusi memecahkan masalah sehingga proses menyerap pengetahuannya kurang tajam. (2) metode ceramah kurang member kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan keberanian mengemukakan pendapatnya. (3) pertanyaan lisan dalam ceramah kurang dapat ditangkap oleh pendengarannya, apalagi digunakan kata – kata asing dan (4) metode ceramah kurang cocok dengan tingkah laku kemampuan anak yang masih kecil. Taraf berfikir anak masih berada dalam taraf yang kurang konkret.
            Agar ceramah itu menjadi metode yang baik, perlu diperhatikan hal berikut : (1) metode ceramah digunakan jika jumlah khalayak cukup banyak. (2) metode ceramah dipakai jika guru akan memperkenalkan materi pelajaran baru. (3) metode ceramah dipakai khalayaknya telah mampu menerima informasi melalui kata – kata, (4) sebaiknya ceramah diselingi oleh penjelasan melalui gambar dan alat – alat visual lainnya, dan (5) sebelum ceramah dimulai, sebaiknya guru berlatih dulu memberikan ceramah.
            Dalam kehidupan sehari – hari disekolah metode ceramah paling popular dikalangan guru. Sebelum metode lain yang dipakai untuk mengajar, metode ceramah yang paling dulu digunakan. Bagi kita bukanlah metode ceramah itu harus dihilangkan sama sekali, melainkan bagaimana menggunakan metode ceramah yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, disarankan agar guru – guru mengikuti langkah – langkah sebagai berikut  :
Pertama : melakukan pendahuluan sebelum bahan baru diberikan dengan cara sebagai berikut : (1) menjelaskan tujuan lebih dulu kepada peserta didik dengan maksud agar peserta didik mengetahui arah kegiatannya dalam belajar, bahkan tujuan itu dapat membangkitkan motivasi belajar jika bertalian dengan kebutuhan mereka. (2) setelah itu baru dikemukakan pokok – pokok materi yang akan di bahas. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik melihat luasnya bahan pelajaran yang akan di pelajarinya, dan (3) memancing pengalaman peserta didik yang cocok dengan materi yang akan dipelajarinya. Caranya adalah dengan pertanyaan – pertanyaan yang menarik perhatian merreka.
Kedua : menyajikan bahan baru dengan memperhatikan factor – factor sebagai berikut : (1) perhatian peserta didik dari awal sampai akhir pelajaran harus tetap terpelihara. Semangat  mengajar member bantuan sepenuhnya dalam memelihara pperhatian peserta didik kepada pelajaran, (2) menyajikan pelajaran secara sistematis. Tidak terbelit – terbelit, dan tidak meloncat – loncat, (3) kegiatan belajar mengajar diciptakan secara variatif. Jangan membiarkan peserta didik hanya duduk dan mendengarkan, tetapi beri kesempatan untuk berfikir, dan berbuat. Misalnya pelatihan mengerjakan tugas, mengajukan pertanyaan, berdiskusi, atau melihat peragaan. (4) member ulangan pelajaran kepada response jawaban yang salah dan benar perlu ditanggapi sebaik – baiknya, (5) membangkitkan motivasi belajar secara terus menerus selama pelajaran berlangsung. Motivasi belajar akan selalu tumbuh jika situasi belajar menyenangkan, dan (6) menggunakan media pelajaran yagn variatif yang sesuai dengan tujuan pelajaran.
Ketiga : menutup pelajaran pada akhir pelajaran, kegiatan yang perlu diperhatikan pada penutupan itu adalah sebagai berikut : (1) mengambil kesimpulan dari semua pelajaran yang telah diberikan, dilakukan oleh peserta didik dibawah bimbingan guru. (2) memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menanggapi materi pelajaran yagn telah diberikan terutama mengenai hubungan dengan pelajaran lain dan (3) melaksanakan penilaian secara komprehensif untuk mengukur perubahan tingkah laku.


2.      Metode Tanya jawab (respons)
            Pendekatan dalam mengajar umumnya menempuh dua macam cara, yaitu memberikan stimulasi dan mengadakan pengarahan aktivitas belajar. Banyak yang dapat kita bicarakan mengenai teknik mengajar yang baik, antara lain teknik bertanya. Pertanyaan adalah pembangkit motivasi yang dapat merangsang peserta didik untuk berfikir. Melalui pertanyaan peserta didik didorong untuk mencari dan menemukan itu ia berifikir menghubung – hubungkan bagian pengetahuan yang ada pada dirinya dengan isi pertanyaan itu. Jawaban yang dapat segera diperoleh jika isi pertanyaan banyak kaitannya dengan pengetahuan yang ada pada dirinya. Jika jawaban yang diminta belum siap dimilikinya. Maka hal ini mendorong untuk menemukannya, ia akan menjelajahi data – data jawaban melalui berbagai cara yang tepat.
            Proses yang dilakukan adalah dengan membaca, meneliti atau diskusi. Membaca informasi dari berbagai sumber adalah salah satu tehnik untuk menentukan jawaban. Penelitian dilaboratorium, dilapangan, dimusium, atau ditempat – tempat sumber belajar lainnya juga merupakan cara untuk menemukan jawaban. Jika pencarian jawaban dilakukan melalui penelitian atau membaca informasi atau berbagai sumber sebanyak – banyaknya maka guru telah berhasil menciptakan suasana belajar yang baik. Kegiatan belajar seperti itu sangat membantu dalam membina manusia seutuhnya.
            Jika kita hayati pengalaman kita mengajar disekolah, kadang – kadang kita berintrospeksi, apakah yang dilakukan itu telah cukup memberi  stimulus pada peserta didik untuk belajar sesungguhnya, apakah peserta didik terbangkit atau mendorongnya untuk belajar yang baik disekolah atau dirumah. Kunci pokok kehadiran stimuli belajar antara lain adalah pertanyaan yang diajukan oleh gurunya. Orang berpendapat bahwa pendapat itu adalah membuka jalan kearah yang baik dalam belajar. Dengan pertanyaan itu peserta didik akan segera mulai belajar sesungguhnya (meaningful learning).
            Jika dilihat dari intensitasnya, pertanyaan itu ada yang baik dan ada yang jelek. Pertanyaan yang baik ditandai oleh : (1) adanya respon dari pihak peserta didik untuk menjawabnya, jika jawabannya sulit ditemukan, peserta didik tidak putus semangat untuk mencarinya dari berbagai sumber. Kadang – kadang melakukan penelitian atau membaca informasi dari buku, surat kabar atau majalah. Jadi, pertanyaan yang baik itu akan menumbuhkan berbagai respon untuk mencari dan menemukan jawaban yang tepat. (2) adanya rasa tidak puas atas pertanyaan yang diberikan, dorongan yang menumbuhkannya adalah antara lain persaingan diantara mereka untuk memperoleh pujian dan nilai yang baik. Karenanya mereka selalu giat untuk selalu mencari dan menemukan jawaban yang tepat. (3) adanya pertanyaan yang tidak terlampau menghendaki jawaban “ya” atau “bukan”. Pertanyaan seperti “apakah ibukota sumatera utara ?” akan lain fungsinya dengan pertanyaan “apa persyaratan bagi berdirinya suatu Negara ?”. dari kedua pertanyaan itu dapat dibedakan bahwa  pertanyaan pertama hanya meminta jawaban berdasarkan ingatan, jawabannya bersifat fakta, dan untuk menjawabnya tidak memerlukan proses pemikiran yang dalam dan karenanya, jawabannya mudah ditemukan. Lain halnya dengan pertanyaan kedua, pertanyaan ini banyak menuntut pikiran yang mendalam. Dalam menjawabnya selain harus membaca informasi sebanyak – banyaknya, peserta didik harus menjelajahi pembuktian – pembuktian yang menunjang kebenaran jawaban tersebut. Jika pertanyaan tersebut kita telaah secara mendalam, tampak bahwa pertanyaan kedua mengundang banyak aktivitas belajar, dan (4) pertanyaan yang jelas dan mudah dipahami. Pertanyaan yang jelas biasanya ditandai oleh pemakaian bahasa yang sederhana, singkat dan padat.
            Pertanyaan yang mudah dipahami oleh pertanyaan yang selalu berpusat pada tujuan dan materi pelajaran, ruang lingkupnya tidak terlalu luas, dan cukup menggambarkan keseluruhan materi pelajaran. Pertanyaan itu harus bermakna. Maksudnya, (1) dapat membangkitkan aktivitas kegiatan belajar mengajar yang sesungguhnya, dan (2) dapat membentuk pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang dibutuhkan melalui kegiatan belajar,. Dalam kegiatan belajar dan mengajar pertanyaan yang baik bergantung pada : (1) cara seseorang atau guru bertanya pada para siswanya mengenai hal pelajaran. (2) sikap seseorang guru dalam mengajukan pertanyaan adalah sikap yang edukatif, dan (3) cara member giliran dalam menjawab pertanyaan mengacu pada asas keadilan dan demokrasi.
            Cara seseorang mengajukan pertanyaan, hasil pengalaman menunjukkan bahwa scar seseorang mengajukan pertanyaan itu banyak ragamanya. Caranya ialah ada yang dengan (1) memberikan pengarahan ulang (redirecting), dan (2) ada yang dengan membimbing untuk memberikan jawaban (probing). Pada pertanyaan bentuk pengarahan ulang terdapat proses  pengalihan jawaban dari seseorang terhadap peserta didik lainnya. Maksudnya untuk memperoleh jawaban yang tepat dari peserta didik. Secara diagramatik rusyan (1993 : 69) menggambarkan bahwa guru mengajukan pertanyaan terhadap seseorang atau peserta didik, dan kemudian mengalihkan pertanyaan itu terhadap peserta didik lainnya untuk dikomentari dan diberi penjelasan seperlunya.
            Pada pertanyaa yang bersifat mendidik, maka bagi peserta didik untuk menemukan jawaban ter, dan dapat upaya untuk memberikan pengarahan, namun tidak sambil mengulang (clarification) , dan generalisasi (generalization). Pertanyaan berbentuk isyarat menolong peserta didik agar jawabannya sampai kepada yang diharapkan atau sekurang – kurangnya bisa sampai jawaban yang tidak terlampau menyimpang dari yang sebenarnya. Pertanyaan berbentuk penjelasan dapat berguna untuk para peserta didik dalam memberikan pendapatnya agar lebih jelas daripada yang diungkapkannya, terutama mengenai pengertian – pengertian.
Pertanyaan – pertanyaan bentuk tunggu ini, memerlukan waktu rata – rata 5 detik. Ia berpendapat jika waktu ini secara konsekuen dilaksanakan, akibatnya dapat membina kreativitas peserta didik dalam menemukan jawaban. Kalimat – kalimat yang digunakan lambat laun akan menjadi sempurna, dan peserta didik yang lambatpun akan dapat memberikan jawaban, sehingga anak yang cepat menangkap pertanyaan dan yang lambat mendapat perhatian yang sama. Contoh tiga jenis pertanyaan probing tersebut adalah sebagai berikut :
Pertanyaan probing dalam bentuk isyarat
Guru    : amin, berapa 25 x 25 ?
Amin   : (lama berpikir tidak menjawab). Tidak tahu
Guru    : coba pikirkan 20 x 25 ?
Amin   : (dengan mudah menjawab) 500.
Guru    : berapa 5 x 25 ?
Amin   : 125
Guru    : sekarang, jadi berapa 25 x 25 ?
Amin   : (ia menghitungnya) 500 + 125 = 625
Pertanyaan probing dalam bentuk penjelasan
Guru    : tidak jauh dari sekolah kita akan didirikan pabrik obat. Setujukah kamu semua ?
Beberapa murid menjawab : tidak setuju
Guru    : mengapa tidak setuju, arif ?
Arif     : sebab air yang mengalir disungai kita akan mengandung racun
Guru    : apa yang dimaksud racun itu, arif ?
Dan seterusnya.
            Pertanyaan probing dalam bentuk generalisasi. Guru : ada tiga buah segitiga A, B dan C. ukurlah berapa besar sudutnya, ukurlah besar masing – masing sudut segitiga itu. Kemudian tariklah kesimpulan berapa besar jumlah sudut suatu segitiga. Banyak hal yang kita lakukan dalam mengajukan pertanyaan agar pertanyaan itu dapat dengan mudah dipahami, antara lain dengan diikuti oleh pemantapan yang tinggi yang dapat merangsang peserta didik untuk berfikir.
            Pemantapan itu bisa dilakukan dalam bentuk (1) verbal, yaitu mengucapkan kata – kata yang tidak monoton tetapi beralun disertai dengan tekanan yang menegaskan seperti pada kalimat siapa yang menemukan listrik ?. (2) gestural, yaitu pengucapan pertanyaan yang disertai dengan gerak mimic tertentu tanda emosional, (3) parsial, yaitu bagian – bagian tertentu dalam pertanyaan seperti kapan proklamasi Indonesia di ucapkan ?. siapa yang mengucapkannya?. Diman?. Dalam menjawab pertanyaan itu guru memperlihatkan masa tunggu yang dirasakan oleh Dr rowe itu. Sikap guru bertanya kepada seseorang berbeda sikap guru bertanya kepada kelompok atau kelas. Menurut teori, sikap guru kepada kelas lebih berhasil dalam menelaah jawaban yang diminta karena dorongan untuk menjawabnya lebih besar jika dibandingkan dengan kepada perseorangan.
            Para peserta didik banyak terlibat dalam menentukan jawaban itu. Oleh karena itu pertanyaan sebaiknya di arahkan kepada seluruh kelas walaupun pertanyaan itu memerlukan pertanyaan dari perseorangan atau seorang peserta didik. Sikap lain dalam mengajukan pertanyaan yang perlu dikembangkan ialah sebagai berikut : (1) pertanyaan yang pernah diucapkan jangan  diulang. Pengulangan pertanyaan bisa membuat pertanyaan menjadi kabur, apalagi jika kalimat  yang pertama tidak sama strukturnya dengan kalimat kedua. (2) isi pertanyaan hendaknya berkisar pada pokok bahasan tertentu. Pertanyaan diluar bahasan akan mengaburkan jawaban yang diminta, dan akibatnya akan membuat antipati dari pihak peserta didik, dan (3) selalu menuntun peserta didik dalam menjawab pertanyaan kepada pokok pelajaran. Tidak jarang peserta didik yang menjawab pertanyaan diluar pokok pelajaran. Cara guru memberikan giliran : cara memberikan giliran dalam memberikan menjawab pertanyaan dapat berpengaruh dalam menciptakan kadar jawaban yang diharapkan. Kadar jawaban yang di harapkan : kadar jawaban akan lebih tinggi jika pertanyaan dapat dijawab oleh banyak peserta didik.
            Pertanyaan yang hanya dijawab oleh peserta didik jangan diharapkan jawaban pertanyaan itu lengkap dan memadai. Maksud pertanyaan pada hakikatnya tidak ingin ada jawaban yang tepat. Tetapi juga agar pertanyaan itu dapat menciptakan proses belajar yang baik. Untuk itu maka diperlukan cara memberikan jawaban dengan bergilir. Cara memberikan giliran itu dapat dilakukan sebagai berikut : (1) dengan pertanyaan yang di tujukan kepada seseorang dan gilirannya kepada orang lain, (2) dengan pertanyaan yang diberikan kepada kelompok dan gilirannya kepada kelompok lain, dan (3) dengan pertranyaan yang ditujukan kepada siapapun dan diarahkan secar tersebar. Pertanyaan itu tidak ditujukan kepada peserta didik atau kelompok tertentu tetapi kepada peserta didik yang bersedia menjawabnya. Semua bersedia menjawabnya akan diberikan giliran secara teratur. Dan (4) dengan pertanyaan yang ditujukan kepada seluruh kelas dan dijawab secara spontan siapa saja yang menjawab mungkin hanya peserta didik  atau seseorang wakil dan kelas yang bersangkutan. Guru harus memberikan giliran yang lebih adil untuk menjawab pertanyaan yang di ajukan melalui wakil kelompok itu.
3.      Metode diskusi
            Diskusi ialah percakapan ilmiah yang responsive berisikan pertukaran pendapat yang dijalin dengan pertanyaan – pertanyaan probelmatis pemunculan ide – ide dan pengujian ide – ide ataupun pendapat dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok itu yang diarahkan untuk memperoleh pemecahan masalahnya dan untuk mencari kebenaran. Dalam diskusi selalu adan suatu pokok yang dibicarakan. Dalam percakapan itu diharapkan para pembicara tidak menyimpang dari pokok pembicaraan. Mereka harus selalu senantiasa kembali kepada pokok masalahnya. Pada hakikatnya diskusi berbeda dengan percakapan, situasi lebih santai kadang diselingi dengan humor. Dalam diskusi, semua anggota turut berpikir dan diperlukan disiplin yang ketat.
            Manfaat diskusi antara lain adalah sebagai berikut : (1) peserta didik memperoleh kesempatan untuk berpikir, (2) peserta didik mendapat pelatihan menegeeluarkan pendapat, sikap dan aspirasinya secara bebas. (3) peserta didikk belajar bersikap toleran terhadap teman – temannya (4) diskusi dapat menumbuhkan partisipasi aktif dikalangan peserta didik (5) diskusi dapat mengembangkan sikap demokratif, dapat menghargai pendapat orang lain, dan (6) dengan diskusi, pelajaran menjadi relevan dengan kebutuhan masyarakat. Diskusi selalu dipakai dalam pergaulan sehari – hari, dan karenanya merupakan sebagian dari kehidupan sehari – hari.
            Disamping manfaat menggunakan metode diskusi, tentu terdapat kelemahana – kelemahannya. Adapun kelemahan – kelemahannya itu antara lain adalah sebagai berikut (1) diskusi terlampau menyerap waktu kadang – kadang diskusi larut dengan keasikannya dan dapat mengganggu pelajarn lain (2) pada umumnya peserta didik tidak berlatih untuk melakukan diskusi dan menggunakan waktu diskusi dengan baik. Maka kecenderungannya mereka tidak sanggup berdiskusi, dan (3) kadang – kadang guru tidak memahami cara – cara melaksanakan diskusi. Maka kecenderungannya diskusi menjadi Tanya jawab. Kelemahan ini menunjukkan bersumber dari guru yang kurang menguasai penggunaan dan manfaat metode diskusi dalam membahas materi pelajaran. Kelemahan juga datang dari peserta didik yaitu kurang mampu melaksanakan diskusi dengan baik. Karena terjebak dengan Tanya jawab atau debat kusir, sehingga makna diskusi sebagai suatu teknik untuk memahami materi pelajaran tidak terpenuhi dengan baik.
            Usaha apa yang dapat dilakukan oleh guru supaya diskusi bisa berhasil dengan baik ? antara lain adalah : (1) masalahnya harus controversial, artinya mengandung pertanyaan dari peserta didik. Masalah itu menarik perhatian mereka karena berkaitan erat dengan pengalaman mereka. (2) guru harus menempatkan dirinya sebagai pemimpin diskusi. Ia harus membagi – bagi pertanyaan dan member petunjuk tentang jalannya diskusi. Guru juga berperan sebagai penangkis terhadap pertanyaan yang diajukan peserta didik peserta didik, dan (3) guru hendaknya memperhatikan pembicaraan agar fungsi guru sebagai pemimpin diskusi dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya.
            Beberapa jenis diskusi yang lazim dilakukan yaitu : (1) diskusi panel. Diskusi ini hanya dilakukan oleh beberapa orang yang terpilih sebagai wakil orang banyak. Mereka adalah pakar dibidangnya masing – masing dan memiliki wawasan yang berbeda. Diskusi terjadi diantara diskusi panel. Jika diskusi melibatkan peserta didik lainnya, maka diskusi itu disebut forum; (2)  
           
TERIMA KASIH SUDAH MAU BERKUNJUNG !!

Biografi Ir Soekarno

Ir. Soekarno (lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 – meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69 tahun) ia merupakan  Presiden In...