Selasa, 29 September 2015

MANFAAT MEDIA PEMBELAJARAN DISEKOLAH

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan diarahkan untuk mencapaitujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar melakukan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran.
Oleh karena itu, Guru hendaknya memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan media ke dalam rencana pembelajaran meliputi tujuan, materi, strategi, dan juga waktu yang tersedia. Hal itu pula yang menjadikan berat tugas guru dalam menglola kelas dengan baik. Keluhan-keluhan guru sering terlontar hanya karena masalah sukarnya mengelola kelas. Akibat kegagalan guru mengelola kelas,tujan pengajaran pun sukar untuk dicapai.
Hal ini kiranya tidak perlu terjadi, karena usaha yang dapat dilakukan masih terbuka lebar. Salah satu caranya adalah dengan meminimalkan jumlah anak didik di kelas. Meaplakasikan beberapa prinsip pengelolaan kelas. Kelas adalah upaya lain yang tidak bisa diabaikkan begitu saja. Pendekatan terpilih mutlak dilakukan guna mendukung pengelolaan kelas. Disamping itu juga, perlu memanfatkan beberapa media pendidikan yang telah ada dan mengupayakan pengadaan media pendidikan baru demi terwujudnya tujuan bersama



B.     Rumusan Masalah

a.       Apa yang anda ketahui tentang pengertian Pemanfaatan Media Pembelajaran ?
b.      Apa yang anda ketahui tentang Pemanfaatan Perpustaan Sebagai Sumber
Belajar ?
c.       Apa yang anda ketahui tentang Pusat Sumber Belajar ( PSB ) dan Program Pendidikan Jarak Jauh ?
                                                                                                               
C.    Tujuan Masalah

a.       Untuk mengetahui tentang pengertian pemanfaatan media Pembelajaran
b.      Untuk mengetahui tentang Pemanfaatan Perpustaan Sebagai Sumber Belajar.
c.       Untuk mengetahui tentang Pusat Sumber Belajar ( PSB ) dan Program Pendidikan Jarak Jauh.













BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pemanfaatan Media Pelajaran di Sekolah

Arief S. sadiman (1990:189) membagi pemanfaatan media pembelajaran pada dua pola, yakni pemanfaatan media dalam situasi belajar mengajar di dalam kelas atau ruang (seperti auditorium) dan pemanfaatan media diluar kelas. Dalam konteks pemanfaatannya di dalam kelas, kehadirannya di maksudkan untuk menunujang tercapainya tujuan tertentu.
Oleh karena itu, guru hendaknya memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan media kedalam rencana pembelajran meliputi tujuan, materi, strategi, dan juga waktu yang tersedia. Ada beberapa langkah yang perluu di perhatikan dalam pemanfaatan media pembelajaran di kelas ini, yakni :
Pertama, persiapan guru : pada langkah ini guru menetapkan tujuan yang akan di capai melalui media pembelajaran sehubungan dengan pelajaran (materi) yang akan di jelaskan berikut dengan strategi-strategi penyampaiannya.
Kedua, persiapan kelas : pada langkah ini bukan hanya menyiapkan perlengkapan, tetapi juga mempersiapkan siswa dari sisi tugas, misalnya agar dapat mengikuti, mencatat, menganalisis, mengkritik, dan lain-lain.
Ketiga, penyajian : penyajian media pembelajaran sesuai dengan karakteristik.
Ke empat, langkah lanjutindan aplikasi : sesudah penyajianperlu ada kegiatan belajar sebagai tindak lanjutnya, masalah diskusi, laporan, dan tugas lain.
Pola pemanfaatan kedua, adalah pemanfaatan media pembelajaran di luar kelas. Pola kedua ini memperkuat posisi media sebagai sumber belajar. Pola pemanfaatan media di luar kelas menurut Arief S.Sadiman (1990:190-197) dapat di bedakan dalam tiga kelompok, yakni yang terkontrol, tidak terkontrol (bebas), dan jumlah sasaraannya.
Pertama, pemanfaatan media secara terkontrol, yakni media itu digunakan dalam suatu rangkaian kegiatan yang diatur secara sistematik untuk mencapai tujuan tertentu, seperti pemanfaatannya di dalam kelas dan pada program pendidikan jarak jauh. Hasil belajar melalui pemanfaatan media secara terkontrol ini biasanya dievaluasi secara teratur dengan alat evaluasi yang teratur.
Kedua, pemanfaatan media secara bebas (tidak terkontrol), yakni pemanfaatannya tanpa ada control ayau pengawasan, seperti media-media yang di manfaatkan masyarakat secara luas dengan cara membeli. masyarakat itu sendirilah yang menentukan tujuan pemanfaatnnya, yakni dengan menyesuaikan dengan kebutuhannya masing-masing, seperti pemanfaatan kaset pelajaran bahasa inggris, video interaktif tentang belajar membaca al-qur’an dan lain-lain.
ketiga, pemanfaatan media dilihat dari jumlah penggunaanya, yakni secara perorangan, kelompok dan missal. pemanfaatan media secara perorangan biasanya dilengkapi dengan petunjuk penggunaanya, sehingga pengguna dapat memanfaatkannya secara mandiri, secara modul. pemanfaatan media secara kelompok kecil (2 s/d 8 orang) maupun kelompok besar (9 s/d 40 orang). media untuk kelompok ini biasanya di lengkapi buku petunjuk bagi pimpinan kelompoknya. setelah atau sebelum memanfaatkan media, kelompok dapat melakukan diskusi. terakhir, media yang di manfaatkan secara missal ( mulai puluhan, ratusan, hingga ribuan orang). media untuk missal ini biasanya di salurkan melaui pemancar, seperti radio dan televisi.  sebelum memanfaatkan  media ini, peserta di beri bahan tercetak yang memuat tujuan pembelajaran, garis besar isi, petunjuk tindak lanjut, dan bahan dari sumber lain untuk pendalaman pemahaman.

B.     Pemanfaatan Perpustakaan Sebagai Sumber Belajar   

Bagi banyak bila mendengar istilah perpustakaan, dalam bentuk mereka akan tergambar sebuah gedung atau ruangan yang di penuhi rak buku. Anggapan demikian tidaklah salah, karena bila di lihat dari arti kata dasarnya, perpustakaan adalah pustaka.
Dalam Kamus Umum Bahasa Iindonesia, pustaka artinya kitab, buku. dalam bahasa inggris, perpustakan di sebut library. istilah ini berasal dari kata latin, liber atau libri artinya buku. dari kata latin tersebut, terbentuklah istilah librarius yang artinay tentang buku. Dalam bahasa asing lainnya seperti belanda perpustakaan di sebut juga sebagai bibliotheek, jerman: bibliothek, prancis: bibliotheque, spanyol: bibliotheca, dan po
portugis: bibliotheca. semua istilah itu berasal dari satu kata yang sama yakni biblia dari bahasa yunani, artinya tentang buku, kitab. istilah tersebut bahkan di pakai sebagai sebutan kitab suci, bible. oleh karena itu, dalam bahasa Indonesia bible di terjemahkan menjadi alkitab.
            Dalam bahasa arab, perpustakaan di sebut kutubkhanah atau al-makhtabah yang di artikan sebagai dar al-kutub yang semuanya berasal dari kata yang sama yakni kataba, yaktubu katban, kitaban, kitabatan, yang artinya tentang tulisan dan atau tentang kitab, buku.
            Dengan demikian, tidaklah aneh dalam semua bahasa, istilah-istilah untuk perpustakaan selalu dikaitkan dengan buku atau kitab. pada abad permulaan islam, semua muslim, dengan tidak membedakan siapa dia dan dari mana dia, telah menunjukan penghormatan yang besar kepada cendikiawan dan terhadap karya-karya ilmu pengetahuan atau masterpiece mereka. kesetiaan kepada buku-buku terkenal, nyaris sama dengan kesetiaannya terhadap relegiusitasnya. berkenan dengan hal ini, al jahiz (Syalabi 1973) memberikan ilustrasi yang menarik, sebagai berikut.
“ Buku akan diam, selama anda membutuhkan kesunyian dan keheningan, akan fasih berbicara kapanpun anda menginginkan wacana. ia tidak menyela anda jika anda sedang berbicara, tetapi jika anda merasa kesepian maka ia akan menjadi sekutu yang baik. ia adalah teman yang tidak pernah mencurangi atau memuji  
Sehingga pada masa itu tidak mengherankan bahwa dengan sikap takzim kepada buku-buku tersebut, maka perpustakaan-perpustakaan muslim menjadi puset ilmu pengetahuan di manapun ia didirikan. Perhatian mereka tidak hanya sebatas pada pendirian perpustakaan dan pengadaan buku saja, melainkan juga pada fasilitas-fasilitas perpustakaan yang dapat mendukung suasana belajar yang kondusi. Dalam hal ini Pinto (Nakosteen, 1995) menggambarkan fasilitas-fasilitas sebuah perpustakaan abad pengetahuan, sama dengan yang ada shiraz, cordova, dan kairo, yakni :

…. banyak ruangan-ruangan untuk kegunaan yang berbeda : galeri dengan rak-rak tempat penyimpan buku-buku, ruangan tempat pengunjung dapat membaca dan belajar, ruangan yang di atur berpisahan itu pembuatan salinan dari manuskrip-manuskrip, yang ruangan-ruangan yang disediakan untuk pertemuan-pertemuan sastra dan bahkan dalam beberapa hal ruangan-ruangan di pergunakan untuk pertunjukan msuik. semua ruangan di buat sedemikain mewah dan menyenangkan….
Kutipan di atas menggambarkan bahwa perpustakaan pada masa keemasan islam telah benar-benar berfungsi sebagai pusat sumber belajar, karena banyak aktifitas belajar didalamnya, seperti membaca, menulis, menyalin, pertemuan sastra, pertunjukan music. Ahmad syalabi juga dalam history of muslim education memaparkan bahwa penerjermahan-penerjemahan pada masa al-ma’mun lebih banyak dilakukan di baitul hikmah, yaitu sebuah perpustakaan terbesar saat itu. di samping kegiatan penerjemahan khususnya karya-karya yunani ada juga kegiatan penelitiannya, di perputakaan ini terdapat sebuah observatory astronomi.
Namun kemudian, pada abad-abad berikutnya suasana perpustakaan berubah, yakni menjadi sunyi senyap walaupun di dalamnya penuh dengan pengunjung. keadaan ini disinyalir terjadi pada pacsa lahirnya mesin cetak yang tercipta dari tangan terampil Johannes Guttenberg pada 1440-an. karena setelah mesin cetak di gunakan secara luas maka orang-orang menjadi melek informasi dan pengetahuan, dari melalui lisan menjadi melalui membaca. Epos, mitos, dongeng dan lain-lain yang awalnya di sampaikan dengan kekayaan suara yang begitu dramatis dan emosional yang memberikan kesan dalam kenangan, berubah menjadi kumpulan ribuan huruf. perubahan ini artinya perubahan tradisi belajar dari belajar dinamis menjadi belajar statis. bahkan hingga saat ini, kita merasa abersalah kalau kita mengeluarkan kata-kata apalagi diskusi di dalam perpustakaan, dan bila itu di lakukan maka berpuluh atau ratus mata tertuju pada kita.

Dengan melakukan perkembangan dan produksi sebagai macam media pembelajaran, maka di perpustakaan-perpustakaan modern ini tidak hanya menyediakan  koleksi buku saja, melainkan juga mencakup film, slide, rekaman phonograps, kaset, piringan hitam, microfiche,  micro-apuque, dan lain-lain. perpustakaan yang demikian itu adalah perpustakaan yang kaya akan sumber belajar. para pengguna perpustakaan tidak hanya memanfaatkan satu macam sumber saja, buku, tetapi juga dapat memanfaatkan sumber-sumber belajar lainnya.

C.    Pusat Sumber Belajar Dan Pendidikan Program Jarak Jauh.

Setelah di singgung pada adab II bahwa sumber belajar apada hakikatnya merupakan komponen system intruksional yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik dan lingkungan, yang mana hal itu dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Dengan demikian sumber belajar dapat di pahami dapat segala macam sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar. untuk menjamin bahwa sumber belajar tersebut adalah sebagai sumber belajar yang cocock, sumber tersebut harus memenuhi persyaratn sebagi berikut.
§  Harus dapat tersedia dengan cepat
§  Harus memungkinkan siswa untuk memacu diri sendiri
§  Harus bersifat individual, misalnya harus dapat memenuhi berbagai kebutuhan para siswa dalam belajar mandiri.
Berdasarkan pada persyaratan tersebut, maka sebuah sumber belajar harus berorientasi pada siswa secara individual yang berbeda dengan sumber belajar yang tradisional, yaitu suatu sumber belajar yang di buat berdasarkan pada pendekatan yang berorientasi pada guru / lembaga pendidikan.
Dalam pendekatan seperti ini melibatkan mengajar seperti, metode eksposisi,ceramah, kerja laboratorium secara klasikal dan buku teks. dari sekian banyak sumber belajar yang di gunakan dalam pendekatan yang tradisional hanya buku teks saja yang memenuhi kreteria sebagai sumber belajar. walaupun begitu dalam proses belajar, ceramah dapat dibuat agar lebih menyerupai sumber belajar dengan cara menyatukan dalam bentuk paket belajar di mana ceramah yang terprogram merupakan salah satu unsur dan paket tersebut. misalnya dengan merekam kuliah-kuliah pada kaset atau dalam bentuk rekaman audiovisual lainnya. hal yang sama, situasi laboratorium dapat di  jadiakan sumber belajar dengan cara fleksibel, yaitu mengijinkan siswa untuk menggunakan berbagai fasilitas laboratorium yang ada secara leluasa tanpa di batasi oleh waktunya dan jumlahnya.
Sumber-sumber belajar dapat berasal dari berbagai bentuk. misalnya orang juga bisa menjadi sumber belajar, yakni ketika staf pengajar tersebut menyediakan diri sebagai manusia sumber yang dapat tersedia setiap saat sehingga dapat memecahkan berbagai kesuliatan siswa secara individual. begitu juga tempat tertentu dapat dijadikan sumber belajar contohnya adalah laboratorium yang bisa di gunakan setiap saat seperti yang di uraikan sebelumnya. akhirnya, berbagai bentuk media intruksional dapat di artikan sebagai sumber belajar, misalnya buku, catatan terstruktur, kaset video berbagai program slide-tape, computer dan lain-lain.
Media intruksional dalam berbagai formatnya merupakan tipe sumber belajar yang paling umum, dan media ini sering di simpan menjadi satu di pusat sumber belajar dalam suatu tatanan yang khusus. secara historis menurut mudhofir (1992) , pertumbuhan pusat sumber belajar merupakan suatu kemajuan bertahap  di mulai dari perpustakaan yang hanya terdiri dari media cetak. dalam melaksanakan kegiatannya perpustakaan menanggapi permintaan-permintaan dan memberikan pelayanan kepada para konsumen yang bervariasi secara luas.
Dengan demikian meluasnya kemajuan dalam bidang teknologi komunikasi dan informasi, dinamika proses belajar dan sumber belajar yang bervariasi semakin di perlukan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan penekanan pada bahan pengajaran yang baru melalui produksi audiovisual di gabung dengan perpustakaan yang melayani media cetak, maka timbul pusat multimedia.
Timbul pusat sumber belajar dimungkinkan pula oleh pertumbuhan berikutnya yang berupa pengakuan akan semakin dibutuhkannya pelayanan dan kegiatan belajar nontradisional yang membutuhkan ruangan belajar tertentu sesuai dengan kebutuhan.
Pusat sumber belajar (learning resources centres) sendiri oleh Irving R. Merill and Harold A Drob (1977) di definisikan sebagai : “ an organized consisiting of director, staff and equipment housed in one or more specialized facilities for production, procurement and presentation of instructional materials and profision of developmental and planning services related to the curriculum and teacing on a general university, campus “. pusat sumber belajar oleh fred pervical & henry ellingtong (1988 : 126) di sebut juga sebagai laboratorium alat bantu belajar yang berfungsi melayani berbagai kebutuhan individual suatu fakultas, sekolah atau akademi.
Dengan demilian, tujuan umum pusat sumber belajar adalah “ meningkatkan efektivitas dan efesien kegiatan PBM melalui pengembangan system intruksional “. Segala sumber dan bahan, segala macam peralatan audiovisual, segala jenis personel yang ada di dalam pusat sumber belajar di maksudkan untruk membantu meningkatkan efektivitas dan efesiensi interaksi siswa pengajar dalam proses pembelajaran.
Adapun tujuan khususnya adalah sebagai berikut :
1.      menyediakan pilihan komunikasi pembelajaran.
2.      mendorong penggunaa cara-cara belajar baru.
3.      memberikan pelayanan dalam perencanaan, produksi, operasional, dan tindakan lamjut.
4.      penelitian tentang pemanfaatan media pembelajaran.
5.      menyebarkan informasi tentang berbagai sumber belajar.
6.      memberikan konsultasi untuk modefikasi dan desain produksi sumber belajar
7.      layanan pemeliharaan atas berbagai peralatan.
8.      menyediakan pelayanan evaluasi.

Pusat sumber belajar di manfaatkan di berbagai tingkat pendidikan melalui cara yang secara mendasar berbeda, dan cara penggunaanya tergantung pada keputusan tentang luas atau tingginya tingkat dan sifat strategi pendekatan intruksional yang dipakai.
Pusat sumber belajar dapat mempunyai peranan yang sangat penting dalam menyediakan sumber belajar umtuk para siswa dalam berbagai bentuk dan jenisnya, lengkap dengan perangkat kerasnya yang sesuai di perlukan untuk penggunaan sumber belajar tersebut. Dengan system belajar yang begitu luwes para siswa sering memperoleh kesempatan untuk memanfaatkan sumber belajar secara bebas dan mudah yang ada pada pusat sumber belajar di lembaga pendidikan induk. Mereka diizinkan untuk hadir pada waktu kapan saja yang sesuai dengn kesempatan waktu mereka.
Bahkan saat ini keberadaan pusat sumber belajar telah di jadikan syarat bagi perguruan tinggi yang ingin menjadi penyelenggara program pendidikan jarak jauh.
            Zainal A. hasibuan dari fakultas ilmu computer universitas Indonesia dalam makalahnya yang di sampaikan dalam “seminar pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk pendidkan jarak jauh dalam rangka peningkatan mutu pemebalajaran“
pada 12 Desember 2006 di Jakarta menyampaikan beberapa garis besra SK Mendiknas No. 107/U/2001 untuk pendidikan tinggi jarak jauh (PTJJ) sebagai berikut :
Ø  PTJJ di selenggarakan perguruan tinggi yang memenuhi persyaratan
Ø  untuk menjaga kualitas pendidikan persyaratan yang harus di penuhi antara lain :
§  mempunyai sumber daya manusia dan fasilitas produksi yang mampu mengembangkan materi belajar mandiri untuk di sebar luaskan kepada peserta didik.
§  mempunyai kemampuan memutakhirkan bahan ajar setiap tahun sesuai perkembangan global.
§  memiliki pusat sumber belajar yang di kelola secara penuh waktu.
Ø  perguruan tinggi bersangkutan juga harus mempunyai sumber daya umtuk melakukan evaluasi hasil belajar secara terprogram.
Ø  mempunyai izin pelenggaraan program studi secara tahap muka dalam bidang studi yang sama dan telah terakreditasi oleh badan akreditasi nasional perguruan tinggi (BAN-PT) dengan nilai A atau U (unggulan).
Kebijakan tentang penyelenggaraan pendidikan jarak jauh di Indonesia sebenarnya telah lama di laksanakan  dan di kembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. seiring denagn perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di masyarakat, secara langsung dan tidak langsung telah mempengaruhi perkembangan pendidikan jarak jauh, baik dari sisi proses pembelajaran, sarana dan prasarana pembelajaran.















BAB III
PEUTUP

Kesimpulan
pemanfaatan media dilihat dari jumlah penggunaanya, yakni secara perorangan, kelompok dan missal. pemanfaatan media secara perorangan biasanya dilengkapi dengan petunjuk penggunaanya, sehingga pengguna dapat memanfaatkannya secara mandiri, secara modul. pemanfaatan media secara kelompok kecil (2 s/d 8 orang) maupun kelompok besar (9 s/d 40 orang). media untuk kelompok ini biasanya di lengkapi buku petunjuk bagi pimpinan kelompoknya. setelah atau sebelum memanfaatkan media, kelompok dapat melakukan diskusi. terakhir, media yang di manfaatkan secara missal ( mulai puluhan, ratusan, hingga ribuan orang). media untuk missal ini biasanya di salurkan melaui pemancar, seperti radio dan televisi.  sebelum memanfaatkan  media ini, peserta di beri bahan tercetak yang memuat tujuan pembelajaran, garis besar isi, petunjuk tindak lanjut, dan bahan dari sumber lain untuk pendalaman pemahaman.
Dengan demikian meluasnya kemajuan dalam bidang teknologi komunikasi dan informasi, dinamika proses belajar dan sumber belajar yang bervariasi semakin di perlukan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan penekanan pada bahan pengajaran yang baru melalui produksi audiovisual di gabung dengan perpustakaan yang melayani media cetak, maka timbul pusat multimedia.






DAFTAR PUSTAKA

Munadi,yudhi. (2010). “ Media Pembelajaran “: Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta:
PT Gaung Persada Press.



SIKAP TOLERANSI DALAM BERAGAMA

BAB II
PEMBAHASAN
Sikap Toleransi Dalam Kehidupan Beragama

A.    Materi Pembelajaran

1.      Pengertian Toleransi
Toleransi adalah suatu sikap atau perilaku manusia yang tidak menyimpang dari aturan, di mana seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan yang orang lain lakukan. Sikap toleransi sangat perlu dikembangkan karena manusai adalah makhluk sosial dan akan menciptakan adanya kerukunan hidup. Dan cara memelihara toleransi, antara lain:
·         Ciptakan kenyamanan
·         Kenailah intoleransi ketika anak terbuka terhadapnya
·         Menolak sikap intoleransi yang dilakukan anak
·         Dukung anak anda ketika mereka korban dari sikap intoleransi
·         Bantu perkembangan sebuah pengalaman yang sehatdan identitas kelompok
·         Tampilkan barang-barang pajangan yang mengandung unsure perbedaaan budaya di rumah anda
·         Beri kesempatan pada anak-anak untuk berinteraksi dengan orang-orang yang berbeda dengan mereka
·         Dorong anak-anak untuk mendatangi sumber-sumber yang ada di lingkungan sekitar
·         Jujurlah terhadap perbedaan-perbedaan
·         Berikan contoh pada orang lain
Sebagai makhluk sosial manusia tentunya harus hidup sebuah masyarakat yang kompleks akan nilai karena terdiri dari berbagai macam suku dan agama. Untuk menjaga persatuan antar umat beragama maka diperlukan sikap toleransi.dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sikap memiliki arti perbuatan dsb yang berdasarkan pada pendirian, dan atau keyakinan sedangkan toleransi berasal dari bahasa Latin yaitu tolerare artinya menahan diri, bersikap sabar,membiarkan orang berpendapat lain, dan berhati lapang terhadap orang-orang yang memiliki pendapat berbeda (W.J.S Poerwodarminto; wartawarga.gunadarma.ac.id/).
Menurut Yosef Lalu (2010) Toleransi sendiri terbagi atas tiga yaitu
a.      Negatif
Isi ajaran dan penganutnya tidak dihargai. Isi ajaran dan penganutnya hanya dibiarkan saja karena menguntungkan dalam keadaan terpaksa.Contoh PKI atau orang-orang yang beraliran komunis di Indonesia pada zamanIndonesia baru merdeka.
b.      Positif
Isi ajaran ditolak, tetapi penganutnya diterima serta dihargai.Contoh Anda beragama Islam wajib hukumnya menolak ajaran agama lain didasari oleh keyakinan pada ajaran agama Anda, tetapi penganutnya atau manusianya Anda hargai.
c.       Ekumenis
Isi ajaran serta penganutnya dihargai, karena dalam ajaran mereka itu terdapat unsur-unsur kebenaran yang berguna untuk memperdalam pendirian dan kepercayaan sendiri.Contoh Anda dengan teman Anda sama-sama beragama Islam atau Kristen tetapi berbeda aliran atau paham.
Dalam kehidupan beragama sikap toleransi ini sangatlah dibutuhkan, karena dengan sikap toleransi ini kehidupan antar umat beragama dapat tetap berlangsung dengan tetap saling menghargai dan memelihara hak dan kewajiban masing-masing.
Mengingat pentingnya toleransi, maka ia harus diajarkan kepada anak-anak baik dilingkungan formal maupun lingkungan informal. Di lingkungan formal contohnya siswa dapat dibekali tentang nilai-nilai yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama melalui bidang studi Agama, Kewarganegaraan, ataupun melalui aspek pengembangan diri seperti Pramuka, PMR, OSIS, dll. Hal yang sama dapat juga dilakukan di lingkungan informal oleh orang tua kepada anak-anaknya melalui pengajaran nilai-nilai yang diajarkan sedini mungkin di rumah.
Ada beberapa manfaat yang akan kita dapatkan dengan menanamkan sikap toleransi, manfaat tersebut adalah:
Ø  hidup bermasyarakat akan lebih tentram
Ø  persatuan, bangsa Indonesia, akan terwujud
Ø  pembangunan Negara akan lebih mudah
1.      Pengertian  Hak dan Kewajiban
Hak adalah sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya tergantung kepada kita sendiri.Contoh dari hak adalah:
·         Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan hukum;
·         Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak;
·         Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum dan di dalam pemerintahan;
·         Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama dan kepercayaan masing-masing yang dipercayai;
·         Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran;
·         Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah negara kesatuan Indonesia atau nkri dari serangan musuh;dan
·         Setiap warga negara memiliki hak sama dalam kemerdekaan berserikat, berkumpul mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan sesuai undang-undang yang berlaku.
Kewajiban adalah sesuatu yg dilakukan dengan tanggung jawab.Contoh dari kewajiban adalah:
Ø  Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam membela, mempertahankan kedaulatan negara indonesia dari serangan musuh;
Ø  Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda);
Ø  Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar negara, hukum dan pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan sebaik-baiknya;
Ø  Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh terhadap segala hukum yang berlaku di wilayah negara Indonesia;dan
Ø  Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk membangun bangsa agar bangsa kita bisa berkembang dan maju ke arah yang lebih baik.
Kewajiban merupakan hal yang harus dikerjakan atau dilaksanankan. Jika tidak dilaksanankan dapat mendatangkan sanksi bagi yang melanggarnya. Sedangkan hak adalah kekuasaan untuk melakukan sesuatu. Namun, kekuasaan tersebut dibatasi oleh undang-undang. Pembatasan ini harus dilakukan agar pelaksanaan hak seseorang tidak sampai melanggar hak orang lain. Jadi pelaksanaan hak dan kewajiban haruslah seimbang, artinya, kita tidak boleh terus menuntut hak tanpa memenuhi kewajiban.
Indonesia adalah bangsa yang terdiri dari beragam suku dan agama, dengan adanya sikap toleransi dan sikap menjaga hak dan kewajiban antar umat beragama, diharapkan masalah-masalah yang berkaitan dengan sara tidak muncuk kepermukaan. Dalam kehidupan masyarakat sikap toleransi ini harus tetap dibina, jangan sampai bangsa Indonesia terpecah antara satu sama lain
Toleransi Hak dan kewajiban dalam umat beragama telah tertanam dalam nilai-nilai yang ada pada pancasila. Indonesia adalah Negara majemuk yang terdiri dari berbagai macam etnis dan agama, tanpa adanya sikap saling menghormati antara hak dan kewajiban maka akan dapat muncul berbagai macam gesekan-gesekan antar umat beragama.

B.     Metode Pembelajaran

Dalam sikap toleransi beragama ini menggunakan metode penilitian yang mengumpulkan data serta keterangan serta mengenai pelembagaan sikap toleransi antar umat beragama disekolah multiagama, sebenarnya perlu dikaji memlaui beberapa sudut pandang. adapun dalam penelitian ini akan dikaji mengenai sejauh mana sikap toleransi antar umat beragama ditanamkan kepada peserta didik dalam lembaga pendidikan (sekolah).
Dalam penelitian ini ada beberapa tahap yang telah dilakukan secara kompleks menjadi metode penilitian anatar lain sebagai berikut :

a)      Pendekatan penilitian
Untuk mendiskripsikan secara holistic mengenai pelembagaan toleransi beragama disekolah-sekolah multiagama pada peserta didik (siswa), maka yang dilakukan berbentuk penelitian kualitatif, sehingga penekanannya bukan pada pengukuran, melainkan pada pendiskripsian yang holistic, emik terutama yang berkaitan dengan pengembangan serta pelembagaan sikap toleransi beragama pada tataran lembaga pendidikan sekolah.

b)      Teknik penentuan informan
Informan dalam penelitian ini adalah peserta didik (siswa) yang mempunyai latar belakang agama berbeda-beda dari salah satu sekolah yang mempunyai corak multiagama, yang dalam hal ini penelitian mengambil SMA N 1 negara sebagai objek penelitian.
c)      Teknik pengumpulan data
Data yang dibutuhkan menjawab masalah penelitian akan dikumpulan dengan memakai beberapa teknik pengumpulan data yakni :
Ø  Angket (Kuesioner)
Ø  Teknik wawancara mendalam
Ø  Teknik observasi
d)     Teknik analisis data
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukanj pada saat pengumpulan dat berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data yang dinginkan. data yang terkumpul dianalisis dengan melakukan berbagai kegiatan, yakni reduksi data, menyajikan, menafsirkan, dan menarik simpulan.


C.    Media Pembelajaran

Dalam pembelajaran sikap toleransi beragama ini sebaiknya menggunakan media apa saja yang bisa digunakan baik dalam sumber media cetak, media elektronik dan media interaktif. Disamping itu member kemudahan-kemudahan, kesulitan-kesulitan karena sangat komplek.
sebaiknya media yang paling tepat dalam pembelajaran sikap toleransi beragama ini yang paling tepat menggunakan media visual yaitu media yang, melibatkan indera penglihatan. Adapun unsure-unsur dalam media visual adalah sebagai berikut:
Ø  Garis adalah kumpulan dari titik-titik.
Ø  Bentuk adalah sebuah konsep symbol yang dibangun atas garis-garis atau gabungan garis dengan konsep-konsep lainnya.warna

Ø  Warna digunakan untuk member kesan pemisahan atau penekanan, juga untuk membangun keterpaduan, bahkan dapat mempertinggi tingkat realismedan menciptakan respon emosional tertentu
Ø  Tekstur digunakan untuk menimbulkan kesan kasar dan halus, juga untuk memberikan penekanan seperti halnya warna.
Ø  Kesederhanaan.
Ø  Penekanan.
Ø  Keterpaduan.

D.    Langkah-langkah Pembelajaran

      Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan seorang guru dalam pembelajaran sikap toleransi dalam kehidupan beragama yaitu sebagai berikut:
1)      Guru
Ø  seorang guru hendaknya mempunyai sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Ø  seorang guru harus bisa menjelaskan tentang sikap toleransi dalam kehidupan beragama yang dilakukan dalam lingkungan sekolah.
Ø  seorang guru harus bisa berinteraksi dengan peserta didiknya dalam menerapkan sikap toleransi tersebut.
Ø  seorang guru mendorong dan menginsspirasi siswa berfikir secara kritis.
Ø  seorang guru hendaknya member contoh dalam bersikap atau berperilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari baik dilingkungan sekolah maupun diluar sekolah.
Ø  kemudian guru menanyakan sikap yang baik menurut agama itu seperti apa dan bagaimana.


2)      Siswa
Ø  siswa diajak mencontohkan sikap yang baik dalam bertoleransi menurut agama dalam lingkungan sekolah.
Ø  siswa diminta untuk mempraktekan dengan berdialog didalam kelas
Ø  kemudian guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan sikap tolerasansi dalam kehidupan beragama

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
 Di dalamnya terdapat siswa yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda, termasuk di dalamnya perbedaan agama Sebagai seorang guru BK, kita harus dapat menumbuhkan sikap toleransi pada diri siswa terkhusus kepada mereka yang berbeda agama. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru BK untuk menumbuhkan sikap toleransi diantara mereka adalah dengan membentuk kelompok belajar yang di dalamnya terdiri dari siswa-siswa yang memliki latar agama yang berbeda. Dalam kelompok tersebut mereka dapat belajar menghargai pendapat antara satu dengan yang lainnya. Mereka dapat belajar menerima dan  menghargai terhadap kehadiran penganut agama lain di sekitarnya.
Dengan cara ini diharapkan mereka dapat belajar bersikap toleransi  yang pada akhirnya dapat memunculkan sikap saling mengormati hak dan kewajiban antar umat beragama mulai dari lingkungan kecil, kelompok dan sekolah, sehingga diharapkan mereka dapat memiliki sikap toleransi dan dapat menghargai agama lain dalam lingkup yang lebih besar lagi (masyarakat).

Dengan adanya kesadaran akan pentingnya toleransi dalam kehidupan beragama, diharapakan akan terjalin hubungan yang harmonis antar warga Negara yang pada akhirnya akan membawa kesejahteraan bagi masyarakat dan percepatan pembangunan bagi negeri ini.

Biografi Ir Soekarno

Ir. Soekarno (lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 – meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69 tahun) ia merupakan  Presiden In...