Jumat, 31 Oktober 2014

7 ciri-ciri sifat seorang pemimpin

Pada dasarnya kita terlahir sebagai seorang pemimpin. Namun terkadang kita tidak sadar dan tidak tahu bahwa sebenarnya kita memiliki potensi untuk menjadi seorang pemimpin. Dan alangkah lebih baik kita bisa mengetahui potensi tersebut. Karena potensi tersebut bisa di asah dan ditingkatkan. Atau justru bisa juga potensi itu akan menurun dan hilang. Lalu bagaimana cara kita agar tahu apakan kita memilki ciri- ciri/ potensi seorang pemimpin ?. Untuk itu Cobalah simak ciri-ciri pemimpin luar biasa berikut ini, siapa tau itu ada pada diri anda:
Ciri – Ciri Seorang Pemimpin :

1.    Bertanggung Jawab
Biasanya seorang pemimpin memiliki rasa tanggung jawab yang besar di dalam dirinya. Karena dia merasa bahwa apa yang telah diamanahkan kepadanya adalah sebuah tanggung jawab yang harus di dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Dan ia akan merasa bersalah jika amanah tersebut di tak dilaksanalkan.

2.    Optimisme
Seorang pemimpin akan memandang masa depan adalah suatu kebaikan bagi dirinya dan orang lain. Dan ia yakin bahwa masa depan jauh akan lebih baik. Orang yang memiliki sifat optimisme akan sangat mempengaruhi lingkungannya. Dan bisa mengajak lingkungannya. Sebab orang-orang akan mau mengikuti seseorang  yang bisa melihat masa depan dan memberitahukan pada mereka bahwa di depan sana terbentang tempat yang lebih baik dan  mereka dapat mencapai tempat itu.

3.     Integritas
Integritas adalah melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang Anda katakan dengan Anda lakukan. Jadi Integritas bukan omong kosong atau Bukan Bualan. Integritas membuat Anda dapat dipercaya. Integritas membuat orang lain mengandalkan Anda. Integritas adalah penepatan janji-janji Anda. Satu hal yang membuat sebagian besar orang enggan mengikuti Anda adalah bila mereka tak sepenuhnya merasa yakin bahwa Anda akan membawa mereka kepada tujuan yang Anda janjikan.


4.     Menyukai perubahan
Pemimpin adalah mereka yang melihat adanya kebutuhan akan perubahan, bahkan mereka bersedia untuk memicu perubahan itu. Sedangkan pengikut lebih suka untuk tinggal di tempat mereka  sendiri. Pemimpin melihat adanya kebaikan di balik perubahan dan mengkomunikasikannya dengan para pengikut mereka. Jika Anda tidak berubah, Anda takkan berkembang. Itulah pola pikir seorang pemimpin yang menyukai perubahan.

5.    Ulet dan pantang Menyerah
Kecenderungan dari pengikut adalah mereka menyerah saat sesuatunya menjadi sulit. Ketika mereka mencoba untuk yang ke dua atau ke tiga kalinya dan gagal, mereka lalu mencanangkan motto, “Jika Anda gagal di langkah pertama, menyerahlah dan lakukan sesuatu yang lain.” Jelas saja mereka melakukan itu, karena mereka bukan pemimpin. Para pemimpin itu tahu apa yang ada di balik tembok batu, dan mereka akan selalu berusaha menggapainya. Lalu mereka mengajak orang lain untuk terus berusaha. Dan jelas seorang tidak akan menyerah begitu saja. Ia tidak gentar dengan apa yang ia hadapi.

6.     Berani menghadapi resiko
Kebanyakan orang menghindari resiko. Padahal, kapan pun kita mencoba sesuatu yang baru, kita harus siap menghadapi resiko dan tidak takut gagal. Keberanian untuk mengambil resiko adalah bagian dari pertumbuhan yang teramat penting. Para pemimpin menghitung resiko dan keuntungan yang ada di balik resiko. Sifat berani tersebut membuat ia selalu memanadang setiap kejadian adalah peluang dan kesempatan.

7.    Berdedikasi dan komit
Para pengikut menginginkan seseorang yang lebih mencurahkan perhatian dan komitmen ketimbang diri mereka sendiri. Pengikut akan mengikuti pemimpin yang senantiasa bekerja dan berdedikasi karena mereka melihat betapa pentingnya pencapaian tugas-tugas dan tujuan.
Bagaimana ? dari ciri – ciri di atas, apakah salah satunya ada pada diri anda ? jika Anda seorang pemimpin dan belum memiliki ciri-ciri tersebut, tak ada salahnya perbaruilah diri Anda dengan pedoman tersebut.

BIOGRAFI PANGERAN CAKRA BUANA



BIOGRAFI PANGERAN CAKRA BUANA

berbicara tentang proses masuknya islam (islamisasi) di seluruh tanah pasundan atau tatar sunda yang sekarang masuk ke dalam wilayah provinsi banten, dki jakarta, dan jawa barat, maka mesti berbicara tentang tokoh penyebar dari agama mayoritas yang dianut suku sunda tersebut. menurut sumber sejarah lokal (baik lisan maupun tulisan) bahwa tokoh utama penyebar islam awal di tanah pasundan adalah tiga orang keturunan raja pajajaran, yaitu pangeran cakrabuana, syarif hidayatullah, dan prabu kian santang.
sampai saat ini, masih terdapat sebagian penulis sejarah yang meragukan keberadaan dan peran dari ketiga tokoh tersebut. munculnya keraguan itu salah satunya disebabkan oleh banyaknya nama yang ditujukan kepada mereka. misalnya, dalam catatan beberapa penulis sejarah nasional disebutkan bahwa nama paletehan (fadhilah khan) disamakan dengan syarif hidayatullah. padahal dalam sumber sejarah lokal (cerita babad), dua nama tersebut merupakan dua nama berbeda dari dua aktor sejarah dan memiliki peranan serta kedudukan yang berbeda pula dalam proses penyebaran islam di tanah pasundan (dan nusantara).
selain faktor yang telah disebutkan, terdapat juga faktor-faktor lainnya yang mengakibatkan munculnya keraguan terhadap ketiga tokoh tersebut. di antaranya seperti kesalahan pengambilan sumber yang hanya mengambil sumber asing seperti catatan orang portugis atau belanda; atau juga disebabkan sering banyaknya mitos yang dijumpai para penulis sejarah dalam beberapa sumber lokal. kondisi  seperti ini sangat membingungkan dan meragukan setiap orang yang ingin mencoba merekonstruksi ketiga tokoh penyebar islam di tanah pasundan tersebut.
dengan berdasarkan pada realitas historis semacam itu, maka tulisan ini akan mencoba mengungkap misteri atau ketidakjelasan kedudukan, fungsi, dan peran ketiga tokoh itu dalam proses islamisasi di tanah pasundan. dengan demikian diharapkan tulisan ini dapat memberikan sumbangan berarti terhadap khazanah sejarah kebudayaan islam-sunda yang sampai saat ini dirasakan masih kurang. selain itu diharapkan juga dapat memberikan informasi awal bagi para peminat dan peneliti tentang sejarah islam di tanah pasundan.

1.      sumber-sumber sejarah
sebenarnya banyak sumber sejarah yang belum tergali mengenai bagaimana proses penyebaran islam (islamisasi) di tanah pasundan. sumber-sumber tersebut berkisar pada sumber lisan, tulisan, dan artefak (bentuk fisik). sumber lisan yang terdapat di tanah pasundan tersebar dalam cerita rakyat yang berlangsung secara turun temurun, misalnya tentang cerita “kian santang bertemu dengan sayyidina ali” atau cerita tentang “ngahiang-nya prabu siliwangi jadi maung bodas” dan lainnya. begitu pula sumber lisan (naskah), sampai saat ini msaih banyak yang belum disentuh oleh para ahli sejarah atau filolog. naskah-naskah tersebut berada di museum nasional, di keraton cirebon kasepuhan dan kanoman, museum geusan ulun, dan di daerah-daerah tertentu di wilayah jawa barat dan banten, seperti di daerah garut dan ciamis. di antara naskah yang terpenting yang dapat dijadikan rujukan awal adalah naskah babad cirebon, naskah wangsakerta, babad sumedang, dan babad limbangan.
sumber lainnya yang dapat dijadikan alat bantu untuk mengetahui proses perkembangan islam di tanah pasundan ialah artefak (fisik) seperti keraton, benda-benda pusaka, maqam-maqam para wali, dan pondok pesantren. khusus mengenai maqam para wali dan penyebar islam di tanah pasundan adalah termasuk cukup banyak seperti syeikh abdul muhyi (tasikmalaya), sunan rahmat (garut), eyang papak (garut), syeikh jafar sidik (garut), sunan mansyur (pandeglang), dan syeikh qura (kerawang). lazimnya di sekitar area maqam-maqam itu sering ditemukan naskah-naskah yang memiliki hubungan langsung dengan penyebaran islam atau dakwah yang telah dilakukan para wali tersebut, baik berupa ajaran fiqh, tasawuf, ilmu kalam, atau kitab al-qur’an yang tulisannya merupakan tulisan tangan.
2.      tokoh cakrabuana
berdasarkan sumber sejarah lokal (seperti babad cireboni) bahwa cakrabuana, syarif hidayatullah, dan kian santang merupakan tiga tokoh utama penyebar islam di seluruh tanah pasundan. ketiganya merupakan keturunan prabu sliliwangi (prabu jaya dewata atau sribaduga maha raja) raja terakhir pajajaran (gabungan antara galuh dan sunda). hubungan keluarga ketiga tokoh tersebut sangatlah dekat. cakrabuana dan kian santang merupakan adik-kakak. sedangkan, syarif hidayatullah merupakan keponakan dari cakrabuana dan kian santang. syarif hidayatullah sendiri merupakan anak nyai ratu mas lara santang, sang adik cakrabuana dan kakak perempuan kian santang.
cakrabuana (atau nama lain walangsungsang), lara santang, dan kian santang merupakan anak prabu siliwangi dan hasil perkawinannya dengan nyai subang larang, seorang puteri ki gede tapa, penguasa syah bandar karawang. peristiwa pernikahannya terjadi ketika prabu siliwangi belum menjadi raja pajajaran; ia masih bergelar prabu jaya dewata atau manahrasa dan hanya menjadi raja bawahan di wilayah sindangkasih (majalengka), yaitu salah satu wilayah kekuasaan kerajaan galuh surawisesa (kawali-ciamis) yang diperintah oleh ayahnya prabu dewa niskala. sedangkan kerajaan sunda-surawisesa (pakuan/bogor) masih dipegang oleh kakak ayahnya (ua: sunda) prabu susuk tunggal.
sebelum menjadi isteri (permaisuri) prabu siliwangi, nyai subang larang telah memeluk islam dan menjadi santri (murid) syeikh hasanuddin atau syeikh quro. ia adalah putera syeikh yusuf siddiq, ulama terkenal di negeri champa (sekarang menjadi bagian dari vietnam bagian selatan). syeikh hasanuddin datang ke pulau jawa (karawang) bersama armada ekspedisi muhammad cheng ho (ma cheng ho atau sam po kong) dari dinasti ming pada tahun 1405 m. di karawang ia mendirikan pesantren yang diberi nama pondok quro. oleh karena itu ia mendapat gelar (laqab) syeikh qura. ajaran yang dikembangkan oleh syeikh qura adalah ajaran islam madzhab hanafiah.
pondok quro yang didirikan oleh syeikh hasanuddin tersebut merupakan lembaga pendidikan islam (pesantren) pertama di tanah pasundan. kemudian setelah itu muncul pondok pesantren di amparan jati daerah gunung jati (syeikh nurul jati). setelah syeikh nurul jati meninggal dunia, pondok pesantren amparan jati dipimpin oleh syeikh datuk kahfi atau syeikh idhopi, seorang ulama asal arab yang mengembangkan ajaran islam madzhab syafi’iyyah.
sepeninggal syeikh hasanuddin, penyebaran islam melalui lembaga pesantren terus dilanjutkan oleh anak keturunannya, di antaranya adalah musanuddin atau lebe musa atau lebe usa, cicitnya. dalam sumber lisan, musanuddin dikenal dengan nama syeikh benthong, salah seorang yang termasuk kelompok wali di pulau jawa (yuyus suherman, 1995:13-14).
dengan latar belakang kehidupan keberagamaan ibunya seperti itulah, maka cakrabuana yang pada waktu itu bernama walangsungsang dan adiknya nyai lara santang memiliki niat untuk menganut agama ibunya daripada agama ayahnya (sanghiyang) dan keduanya harus mengambil pilihan untuk tidak tetap tinggal di lingkungan istana. dalam cerita babad cirebon dikisahkan bahwa cakrabuana (walangsungsang) dan nyai lara santang pernah meminta izin kepada ayahnya, prabu jaya dewata, yang pada saat itu masih menjadi raja bawahan di sindangkasih untuk memeluk islam. akan tetapi, jaya dewata tidak mengijinkannya. pangeran walangsungsang dan nyai lara santang akhirnya meninggalkan istana untuk berguru menimba pengetahuan islam. selama berkelana mencari ilmu pengetahuan islam, walangsungsang menggunakan nama samaran yaitu ki samadullah. mula-mula ia berguru kepada syeikh nurjati di pesisir laut utara cirebon. setelah itu ia bersama adiknya, nyai mas lara santang berguru kepada syeikh datuk kahfi (syeikh idhopi).
selain berguru agama islam, walangsungsang bersama ki gedeng alang alang membuka pemukinan baru bagi orang-orang yang beragama islam di daerah pesisir. pemukiman baru itu dimulai tanggal 14 kresna paksa bukan caitra tahun 1367 saka atau bertepatan dengan tanggal 1 muharam 849 hijrah (8 april 1445 m). kemudian daerah pemukiman baru itu diberi nama cirebon (yuyus suherman, 1995:14). penamaan ini diambil dari kata atau bahasa sunda, dari kata “cai” (air) dan “rebon” (anak udang, udang kecil, hurang). memang pada waktu itu salah satu mata pencaharian penduduk pemukiman baru itu adalah menangkap udang kecil untuk dijadikan bahan terasi. sebagai kepada (kuwu; sunda) pemukiman baru itu adalah ki gedeng alang alang, sedangkan wakilnya dipegang oleh walangsungsang dengan gelar pangeran cakrabuana atau cakrabumi.
setelah beberapa tahun semenjak dibuka, pemukian baru itu (pesisir cirebon) telah menjadi kawasan paling ramai dikunjungi oleh berbagai suku bangsa. tahun 1447 m, jumlah penduduk pesisir cirebon berjumlah 348 jiwa, terdiri dari 182 laki-laki dan 164 wanita. sunda sebanyak 196 orang, jawa 106 orang, andalas 16 orang, semenanjung 4 orang, india 2 orang, persia 2 orang, syam (damaskus) 3 orang, arab 11 orang, dan cina 6 orang. agama yang dianut seluruh penduduk pesisir cirebon ini adalah islam.
untuk kepentingan ibadah dan pengajaran agama islam, pangeran cakrabuana (walangsungsang atau cakrabumi, atau ki samadullah) kemudian ia mendirikan sebuah masjid yang diberi nama sang tajug jalagrahan (jala artinya air; graha artinya rumah), mesjid ini merupakan mesjid pertama di tatar sunda dan didirikan di pesisir laut cirebon. mesjid ini sampai saat ini masih terpelihara dengan nama dialek cirebon menjadi mesjid pejalagrahan. sudah tentu perubahan nama ini, pada dasarnya berpengaruh pada reduksitas makna historisnya. setelah mendirikan pemukiman (padukuhan; sunda) baru di pesisir cirebon, pangeran cakrabuana dan nyai mas lara santang pergi ke tanah suci mekah untuk menunaikan rukun islam yang kelima. ketika di mekah, pangeran cakrabuana dan nyai mas lara santang bertemu dengan syarif abdullah, seorang penguasa (sultan) kota mesir pada waktu itu. syarif abdullah sendiri, secara geneologis, merupakan keturunan nabi muhammad saw. generasi ke-17.
dalam pertemuan itu, syarif abdullah merasa tertarik hati atas kecantikan dan keelokan nyai mas lara santang. setelah selesai menunaikan ibadah haji, pangeran cakrabuana mendapat gelar haji abdullah iman, dan nyai mas lara santang mendapat gelar hajjah syarifah muda’im. selanjutnya, nyai mas larasantang dinikahkan oleh pangeran cakrabuana dengan syarif abdullah. di mekah, pangeran walangsungsang menjadi mukimin selama tiga bulan. selama tiga bulan itulah, ia belajar tasawuf kepada haji bayanullah, seorang ulama yang sudah lama tinggal di haramain. selanjutnya ia pergi ke baghdad mempelajari fiqh madzhab hanafi, syafi’i, hambali, dan maliki.
selang beberapa waktu setelah pengeran cakrabuana kembali ke cirebon, kakeknya dari pihak ibu yang bernama mangkubumi jumajan jati atau ki gedeng tapa meninggal dunia di singapura (mertasinga). yang menjadi pewaris tahta kakeknya itu adalah pangeran cakrabuana. akan tetapi, pangeran cakrabuana tidak meneruskan tahta kekuasaan kakeknya di singapura (mertasinga). ia membawa harta warisannya ke pemukiman pesisir cirebon. dengan modal harta warisan tersebut, pangeran cakrabuana membangun sebuah keraton bercorak islam di cirebon pesisir. keraton tersebut diberi nama keraton pakungwati. dengan berdirinya keraton pakungwati berarti berdirilah sebuah kerajaan islam pertama di tatar sunda pajajaran. kerajaan islam pertama yang didirikan oleh pangeran cakrabuana tersebut diberi nama nagara agung pakungwati cirebon atau dalam bahasa cirebon disebut dengan sebutan nagara gheng pakungwati cirebon.
mendengar berdirinya kerajaan baru di cirebon, ayahnya sri baduga maharaja jaya dewata (atau prabu suliwangi) merasa senang. kemudian ia mengutus tumenggung jayabaya untuk melantik (ngistrénan; sunda) pangeran cakrabuana menjadi raja nagara agung pakungwati cirebon dengan gelar abhiseka sri magana. dari prabu siliwangi ia juga menerima pratanda atau gelar keprabuan (kalungguhan kaprabuan) dan menerima anarimakna kacawartyan atau tanda kekuasaan untuk memerintah kerajaan lokal. di sini jelaslah bahwa prabu siliwangi tidak anti islam. ia justeru bersikap rasika dharmika ring pamekul agami rasul (adil bijaksana terhadap orang yang memeluk agama rasul muhammad).
berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa yang pertama sukses menyebarkan agama islam di tatar sunda adalah pangeran cakrabuana atau walangsungsang atau ki samadullah atau haji abdullah iman. ia merupakan kakak nyai mas lara santang dan kian santang, dan ketiganya merupakan anak-anak dari prabu siliwangi. dengan demikian, ia merupakan paman (ua; sunda) dari syarif hidayatullah (sunan gunung jati). ia dimakamkan di gunung sembung dan makamnya berada luar komplek pemakaman (panyawéran; sunda) sunan gunung jati.
3.      tokoh kian santang
sebagaimana halnya dengan prabu siliwangi, kian santang merupakan salah satu tokoh yang dianggap misterius. akan tetapi tokoh ini, dalam cerita lisan dan dunia persilatan (kependekaran) di wilayah sunda, terutama di daerah priangan, sangatlah akrab dan legendaris dengan pikiran-pikiran orang sunda. dalam tradisi persilatan, kian santang terkenal dengan sebutan gagak lumayung. sedangkan nama kian santang sendiri sangat terkenal dalam sejarah dakwah islam di tatar sunda bagian pedalaman.
sampai saat ini terdapat beberapa versi mengenai tokoh sejarah yang satu ini. bahkan tidak jarang ada juga yang meragukan tentang keberadaan tokoh ini. alasannya adalah bahwa sumber sejarah yang akurat faktual dari tokoh ini kurang dapat dibuktikan. sudah tentu pendapat semacam ini adalah sangat gegabah dan ceroboh serta terburu-buru dalam mengambil kesimpulannya. jika para sejarawan mau jujur dan teliti, banyak sumber-sumber sejarah yang dapat digunakan bahan penelitian lanjut mengenai tokoh ini, baik itu berupa sumber sejarah lisan, tulisan, maupun benda-benda sejarah. salah satunya adalah patilasan kian santang di godog garut, atau makam kian santang yang berada di daerah depok pakenjeng garut. kalaulah ada hal-hal yang berbau mitos, maka itu adalah merupakan tugas sejarawan untuk memilahnya, bukannya memberi generalisir yang membabi buta, seolah-olah dalam seluruh mitologi tidak ada cerita sejarah yang sebenarnya.
sampai saat ini terdapat empat sumber sejarah (lisan dan tulisan) yang menceritakan tentang sepak terjang tokoh kian santang yang sangat legendaris itu. keempat sumber itu, ialah (1) cerita rakyat, (2) sejarah godog yang diceritakan secara turun menurun; (3) p. de roo de la faille; dan 4) babad cirebon karya p.s. sulendraningrat. terdapat beberapa versi cerita rakyat mengenai perjalanan dakwah kian santang, dikisahkan bahwa prabu kian santang bertanding kekuatan gaib dengan sayyidina ali dan prabu kian santang tidak mampu mencabut tongkat yang ditancapkan oleh baginda ali kecuali sesudah prabu kian santang membaca kalimat syahadat.
di dalam cerita lisan lainnya, dikisahkan bahwa prabu kian santang adalah putera raja pajajaran yang masuk islam. ia pergi ke arab, masuk islam dan setelah kembali ia memakai nama haji lumajang. cerita lainnya lagi mengatakan bahwa prabu kian santang mengajar dan menyebarkan agama islam di pajajaran dan mempunyai banyak pengikut; dan banyak pula putra raja yang masuk islam; bahwa prabu kian santang diusir dari keraton dan tidak lagi menganut agama nenek moyangnya dan menghasut raja pajajaran, bahwa ia akhirnya pergi ke campa sewaktu kerajaan pajajaran runtuh.
dari cerita rakyat tersebut terdapat alur logis yang menunjukkan kebenaran adanya tokoh kian santang sebagai salah seorang penyebar agama islam di tanah pasundan. misalnya alur cerita tentang “haji lumajang” atau ia pergi ke campa ketika kerajaan pajajaran runtuh. atau istilah pajajaran itu sendiri yang sesuai dengan data arkeologi dan sumber data yang lainya seperti babad tanah cirebon dan lainnya.
adapun mengenai pertemuannya dengan sayyidina ali, boleh jadi nama tersebut bukanlah menantu rasulullah yang meninggal pada tahun 661 m, melainkan seorang syekh (guru) tarekat tertentu atau pengajar tertentu di mesjid al-haram. jika sulit dibuktikan kebenarannya, maka itulah suatu bumbu dari cerita rakyat; bukan berarti seluruh cerita itu adalah mitos, tahayul, dan tidak ada buktinya dalam realitas sejarah manusia sunda.
sejalan dengan cerita rakyat di atas, p. de roo de la faille menyebut bahwa kian santang sebagai pangeran lumajang kudratullah atau sunan godog. ia diidentifikasi sebagai salah seorang penyebar agama islam di tanah pasundan. kesimpulan ini didasarkan pada bukti-bukti fisik berupa satu buah al-qur’an yang ada di balubur limbangan, sebuah skin (pisau arab) yang berada di desa cinunuk (distrik) wanaraja garut, sebuah tongkat yang berada di darmaraja, dan satu kandaga (kanaga, peti) yang berada di godog karangpawitan garut.
dalam sejarah godog, kian santang disebutnya sebagai orang suci dari cirebon yang pergi ke preanger (priangan) dan dari pantai utara. ia membawa sejumlah pengikut agama islam. adapun yang menjadi sahabat kian santang setelah mereka masuk islam dan bersama-sama menyebarkan islam, menurut p. de roo de la faille, berjumlah 11 orang, yaitu 1) saharepen nagele, 2) sembah dora, 3) sembu kuwu kandang sakti (sapi), 4) penghulu gusti, 5) raden halipah kandang haur, 6) prabu kasiringanwati atau raden sinom atau dalem lebaksiuh, 7) saharepen agung, 8 ) panengah, 9) santuwan suci, 10) santuwan suci maraja, dan 11) dalem pangerjaya.
dari seluruh cerita rakyat tersebut dapat disimpulkan bahwa kian santang merupakan salah seorang putra pajajaran, yang berasal dari wilayah cirebon dan merupakan seorang penyebar agama islam di pajajaran. kesimpulan ini dapat dicocokkan dengan berita yang disampaikan oleh p.s. sulendraningrat yang mengatakan bahwa pada abad ke-13, kerajaan pajajaran membawahi kerajaan-kerajaan kecil yang masing-masing diperintah oleh seorang raja. di antaranya adalah kerajaan sindangkasih (majalengka) yang diperintah oleh sri baduga maharaja (atau prabu jaya dewata alias prabu siliwangi). pada waktu itu prabu jaya dewata menginspeksi daerah-daerah kekuasaannya, sampailah ia di pesantren qura karawang, yang pada waktu itu dipimpin oleh syeikh hasanuddin (ulama dari campa) keturunan cina. di pesantren inilah ia bertemu dengan subang larang, salah seorang santri syeikh qura yang kelak dipersunting dan menjadi ibu dari pangeran walangsungsang, ratu lara santang, dan pangeran kian santang.
berdasarkan uraian di atas, maka jelaslah bahwa kian santang merupakan salah seorang penyebar agama islam di tanah pasundan yang diperkirakan mulai menyiarkan dan menyebarkan agama islam pada tahun 1445 di daerah pedalaman. ia adalah anak dari prabu sri baduga maharaja alias prabu siliwangi, raja terakhir pajajaran. ia berasal dari wilayah cirebon (sindangkasih; majaengka), yaitu ketika bapaknya masih menjadi raja bawahan pajajaran, ia melarikan diri dan menyebarkan islam di wilayah pasundan (priangan) dan godog, op groundgebied. limbangan merupakan pusat penyebaran agama islam pertama di tatar sunda (khususnya di wilayah priangan). selain di godog pada waktu itu, sebagian kecil di pantai utara sudah ada yang menganut islam sebagai hubungan langsung dnegan para pedagang arab dan india.
mula-mula kian santang mengislamkan raja-raja lokal, seperti raja galuh pakuwon yang terletak di limbangan, bernama sunan pancer (cipancar) atau prabu wijayakusumah (1525-1575). raja yang satu ini merupakan putra sunan hande limasenjaya dan cucu dari prabu layangkusumah. prabu layangkusumah sendiri adalah putra prabu siliwangi. dengan demikian sunan pancer merupakan buyut prabu siliwangi. kian santang menghadiahkan kepada sunan pancer satu buah al-qur;an berkukuran besar dan sebuak sekin yang bertuliskan lafadz al-qur’an la ikroha fiddin. berkat sunan pancer ini islam dapat berkembang luas di daerah galuh pakuwon, sisi kerajaan terakhir pajajaran.
para petinggi dan raja-raja lokal lainnya yang secara langsung diislamkan oleh kian santang di antaranya, ialah (1) santowan suci mareja (sahabat kian santang yang makamnya terletak dekat makam kian santang); 2) sunan sirapuji (raja panembong, bayongbong), 3) sunan batuwangi yang sekarang terletak di kecamatan singajaya (ia dihadiahi tombak oleh kian santang dan sekarang menjadi pusaka sukapura dan ada di tasikmalaya.
melalui raja-raja lokal inilah selanjutnya islam menyebar ke seluruh tanah priangan. kemudian setelah itu islam disebarkan oleh para penyebar islam generasi berikutnya, yaitu para sufi seperti syeikh jafar sidiq (penganut syatariah) di limbangan, eyang papak, syeikh fatah rahmatullah (tanjung singguru, samarang, garut), syeikh abdul muhyi (penganut syatariyah; pamijahan, tasikmalaya), dan para menak dan ulama dari cirebon dan mataram seperti pangeran santri di sumedang dan arif muhammad di cangkuang (garut).
tokoh syarif hidayatullah
seperti telah diuraikan di atas bahwa ketika selesai menunaikan ibadah haji, nyi mas larasantang dinikahkan oleh kakaknya (walangsungsang) dengan syarif abdullah, seorang penguasa kota mesir dari klan al-ayyubi dari dinasti mamluk. ia adalah putera dari nurul alim atau ali burul alim yang mempunyai dua saudara, yaitu barkat zainal abidin (buyut fadhilah khan, faletehan) dan ibrahim zainal akbar, yaitu ayah dari ali rahmatullah atau raden rahmat atau sunan ampel (yuyus suherman, 1995:14). nurul alim, barkat zainal abidin, dan ibrahim zainal akbar merupakan keturunan rasulullah saw. nurul alim menikah dengan puteri penguasa mesir (wali kota), karena itulah syarif abdullah (puteranya) menjadi penguasa (wali kota) mesir pada masa dinasti mamluk. hasil pernikahan antara syarif abdullah dengan nyi mas larasantang melahirkan dua putera yaitu, syarif hidayatullah (sunan gunung jati) yang lahir di mekkah pada tahun 1448 dan syarif nurullah yang lahir di mesir.
syarif hidayatullah muda berguru agama kepada beberapa ulama terkenal saat itu. di antaranya ia berguru kepada syeikh tajuddin al-kubri di mekkah dan syeikh athaillah, seorang penganut terekat sadziliyyah dan pengarang kitab tasawuf, al-hikam, masing-masing selama dua tahun. setelah merasa cukup pengetahuan agamanya, ia memohon kepada kedua orang tuanya untuk berkunjung kepada kakak ibunya (pangeran cakrabuana) di cirebon yang pada waktu itu menduduki tahta kerajaan islam pakungwati.
selama di perjalanan menujuk kerajaan islam pakungwati di cirebon, syarif hidayatullah menyempatkan diri untuk singgah di beberapa tempat yang dilaluinya. di gujarat india, ia singgah selama tiga bulan dan sempat menyebarkan islam di tempat itu. di gujarat ia mempunyai murid, yaitu dipati keling beserta 98 anak buahnya. bersama dipati keling dan pengikutnya, ia meneruskan perjalanannya menuju tanah jawa. ia pun sempat singgah di samudera pasai dan banten. di pasai ia tinggal selama dua tahun untuk menyebarkan islam bersama saudaranya syeikh sayyid ishak. di banten ia sempat berjumpa dengan sayyid rakhmatullah (ali rakhmatullah atau syeikh rahmat, atau sunan ampel) yang sedang giatnya menyebarkan islam di sana.
sesampainya di cirebon, syarif hidayatullah giat menyebarkan agama islam bersama syeikh nurjati dan pangeran cakrabuana. ketika itu, pakungwati masih merupakan wilayah kerajaan galuh dengan rajanya adalah prabu jaya dewata, yang tiada lain adalah kakek dari syarif hidayatullah dan ayah dari nyi mas larasantang. oleh karena itu, prabu jaya dewata tidak merasa khawatir dengan perkembangan islam di cirebon. syarif hidayatullah bahkan diangkat menjadi guru agama islam di cirebon, dan tidak lama kemudian ia pun diangkat semacam “kepala” di cirebon. syarif hidayatullah giat mengadakan dakwah dan menyebarkan islam ke arah selatan menuju dayeuh (puseur kota) galuh. prabu jaya dewata mulai gelisah, kemudian ia memindahkan pusat pemerintahannya ke pakuan pajajaran yang terletak di wilayah kerajaan sunda dengan rajanya prabu susuktunggal, yang masih merupakan paman (ua; sunda) dari jaya dewata. tetapi karena pabu jaya dewata menikah dengan mayang sunda, puteri susuk tunggal, maka perpindahan bobot kerajaan dari galuh (kawali ciamis) ke pakuan pajajaran (bogor) bahkan mempersatukan kembali galuh-sunda yang pecah pada masa tahta prabu dewa niskala, ayah prabu jaya dewata. di pajajaran, prabu jaya dewata mengganti namanya menjadi sri baduga maharaja (lihat didi suryadi, babad limbangan, 1977:46).
pada tahun 1479, pangeran cakrabuana mengundurkan diri dari tapuk pimpinan kerajaan pakungwati. sebagai penggatinya, maka ditasbihkanlah syarif hidayatullah sebagai sultan cirebon yang baru. di bawah pimpinan syarif hidayatullah, pakungwati mengalami puncak kemajuannya, sehingga atas dukungan dari rakyat cirebon, wali songo, dan kerajaan demak, akhirnya pakungwati melepaskan diri dari pajajaran. sudah tentu, sikap ini mengundang kemarahan prabu jaya dewata dan berusaha mengambil alih kembali cirebon. namun penyerangan yang dilakukan prabu jaya dewata tidak berlangsung lama. dikatakan bahwa prabu jaya dewata mendapatkan nasihat dari para purohita (pemimpin agama hyang) yang menyatakan bahwa tidak pantas terjadi pertumpahan darah antara kakek dan cucunya. lagi pula berdirinya cirebon pada dasarnya merupakan atas jerih payah putera darah biru pajajaran, yaitu pengeran cakrabuana.
pada tanggal 13 desember 1521 m, prabu siliwangi mengundurkan diri dari tahta kerajaan pajajaran, untuk selanjutnya menjadi petapa suci sesuai dengan kepercayaan yang dianutnya. sebagai penggantinya adalah pangeran surawisesa yang dilantik pada bukan agustus 1522 m dengan gelar sanghyang. pangeran surawisesa inilah yang secara resmi melakukan perjanjian kerjasama dengan portugis yang naskah perjanjiannya ditandatangani pada 21 agustus 1522 m, berisi tentang kerjasama di bidang perdagangan dan pertahanan. rintisan kerja sama antara pajajaran dan portugis itu telah dirintis sejak prabu jaya dewata masih berkuasa. peristiwa tersebut merupakan peristiwa pertama dalam sejarah diplomatik nusantara, boleh dikatakan bahwa ia merupakan seorang raja dari nusantara yang pertama kali melakukan hubungan diplomatik dengan orang-orang eropa.
perjanjian kerjasama antara pajajaran dan portugis itu telah menimbulkan kekhawatiran bagi kerajaan demak dan cirebon. karena itulah pada tahun 1526 m, sultan trenggono dari demak mengutus fadhilah khan (fathailah atau faletehan) ke cirebon untuk sama-sama menguasai sunda kelapa yang pada waktu itu masih berada dalam kekuasaan pajajaran. strategi ini diambil agar pihak portugis tidak dapat menduduki pelabuhan sunda kelapa. tidak berapa lama pad atahun 1527 m portugis datang ke sunda kelapa untuk mewujudkan cita-cita mendirikan benteng di muara kali ciliwung daerah bandar sunda kelapa. namun pasukan portugis dipukul mundur oleh pasukan fadhilah khan yang waktu itu sudah bergelar pangeran jayakarta.
banyak nama yang dinisbahkan pada pengeran terakhir ini, yaitu pengeran jayakarta, fatahilah, faletehan, tagaril, dan ki bagus pase. penisbahan nama terakhir terhadapnya karena ia berasal dari samudera pasai. ia merupakan menantu sultan trenggono dan sultan syarif hidayatullah. hal ini karena faletehan selain menikah dengan ratu pembayun (demak), ia juga menikah dengan ratu ayu atau siti winahon, puteri syarif hidayatullah, janda pati unus yang gugur di malaka (yuyus suherman, 1995:17). dengan menikahi putri demak dan cirebon, maka faletehan memiliki kedudukan penting di lingkungan keluarga kedua keraton itu. karena itulah, ketika syarif hidayatullah meninggal pada 19 september 1568 m, maka faletehan diangkat menjadi pengganti syarif hidayatullah sebagai sultan di cirebon. peristiwa itu terjadi ketika pangeran muhammad arifin (pangeran pasarean), putra syarif hidayatullah, mengundurkan diri dari tahta kerajaan islam cirebon. muhammad arifin sendiri lebih memilih menjadi penyebar islam di tatar sunda bagian utara dan sejak itulah ia lebih dikenal dengan nama pangeran pasarean.
ketika faletehan naik tahta di cirebon ini, saat itu, jayakarta (sunda kelapa) diperintah oleh ratu bagus angke, putra muhammad abdurrahman atau pangeran panjunan dari putri banten. namun faletehan menduduki tahta kerajaan cirebon dalam waktu yang tidak lama, yakni hanya berlangsung selama dua tahun, karena ia mangkat pada tahun 1570 m. ia dimakamkan satu komplek dengan mertuanya, syarif hidayatullah, yakni di astana gunung jati cirebon. ia kemudian digantikan oleh panembahan ratu.
4.      khatimah
demikianlah sekilas mengenai uraian historis tentang peran pangeran cakrabuana, kian santang, dan syarif hidayatullah dalam proses penyebaran islam di tanah pasundan yang sekarang menjadi tiga wialyah, yaitu jawa barat, dki jakarta, dan banten. berdasarkan uraian di atas, maka terdapat beberapa kesimpulan dan temuan sementara yang dapat dijadikan bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.
pertama, bahwa orang yang pertama menyebarkan islam di daerah pesisir utara cirebon adalah pangeran walangsungsang atau adipati cakrabuana atau ki cakrabumi atau ki samadullah atau syeikh abdul iman, yang mendirikan kerajaan pertama islam pakungwati. ia adalah ua dari syarif hdiayatullah.
kedua, kian santang merupakan anak ketiga dari pasangan prabu siliwangi dan nyi subang larang yang beragama islam. ia dilahirkan pada tahun 1425, dua puluh lima tahun sebelum lahir sunan gunung jati dan mualana syarif hidayatullah. ia mulai menyebarkan agama islam di godog, garut pada tahun 1445. ia adalah penyebar islam pertama di pedalaman tatar sunda. ia merupakan paman dari syarif hidayatullah. ia disebutkan berasal dari wilayah cirebon, tepatnya dari kerajaan sindangkasih (majalengka).
ketiga, syarif hidayatullah atau sunan gunung jati adalah nama tokoh yang berbeda dengan faletehan. keduanya memiliki peran yang berbeda dalam usaha menyebarkan agama islam di tanah pasundan.

sejarah kerajaan diindonesia





Kerajaan di Indonesia yang pertama berkembang di Indonesia yaitu kerajaan Hindu dan Buddha sedangkan sistem perekonomian yang di gunakan pada waktu itu adalah perdagangan, sehingga hubungan dengan negara-negara tetangga maupun yang lebih jauh seperti India, China dan wilayah Timur Tengah pun bisa terjalin.
Pada zaman kerajaan berkembang Agama Hindu lah yang pertama masuk ke Indonesia dengn diperkirakan pada awal Tarikh Masehi dan terus berkembang sampai kerajaan-kerajaan Islam bermunculan. Berikut daftar kerajaan di Indonesia.
1.      Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesi, kerajaan ini didirikan pada tahun 400 M, di tepi sungai Mahakam, Kalimantan Timur.
Raja-raja yang memerintah ialah :
·         Kudungga(raja pertartama).
·         Aswamarman.
·         Mulawarman.
2.      Kerajaan Tarumanegara

Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan Hindu, didirikan pada tahun 450 M, di Jawa Barat. Raja yang memerintah ialah Pernawarman.
3.      Kerajaan Kaling

Kerajaan Kaling didirikan pada tahun 674 di Jepara, Jawa Tengah. Raja yang memerintah ialah Ratu Sima. Pendeta yang terkenal ialah lhanabhadra.
4.       Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya didirikan pada abad ke-7 di Sunmatra (kerajaan Buddha). Raja-raja yang memerintah ialah:
·         Sri Jayanaga.
·         Balaputradewa.
·         Sri Sangrawijayatunggawarman.
Guru agama Buddha yang terkenal ialah Sakyakirti
Sebab-sebab keruntuhan Kerajaan Sriwijaya antara lain :
·         Serangan raja Colamandaladari India.
·         Serangan Raja Kertanegara dari Singasari.
5.      Kerajaan Melayu

Kerajaan Melayu berdiri hampir bersamaan dengan Kerajaan Sriwijaya, tetapi pada tahun 692 kerajaan ini telah dikuasai Sriwijaya.
6.      Kerajaan Mataram Hindu

Kerajaan Mataram Hindu berdiri di Jawa Tengah dengan ibukota Medang Kamulan.
Raja-raja yang memerintah ialah :
·         Sarna
·         Sanaya yang bergelar Raka Mataram Ratu Sanjaya.
·         Rakai Panangkara, yang bergelar Syailendra Sri Mahraja Dyah Pancapana Rakai Panangkarana
Setelah memerintah Rakai Panagkaran, Mataram pecah menjadi dua. Sebagai pemeluk agama Buddha, sebagai pemeluk agama Hinsu. Syailendra Buddha berkuasa di Jawa Tengah Selatan, Syailendara Hindu berkuasa di sekitar pegunungan Dieng. Pada masa pemerintahan Rakai Pikatan, Mataram disatukan kembali

Raja-raja yang selanjutnya ialah :
·         Belitung yang bergelar Rakai Watukara.
·         Daksa.
·         Tulodong
·         Wawa
·         Mpu Sendok.
7.      Kerajaan Wangsa Isyana

Mpu Sendok memindahkan pusat pemerintahan Syailendra Ke Jawa Timur pada tahun 929, kemudian membentuk wangsa baru, yaitu Wangsa Isyana.

Raja-raja yang memerintah :
·         Mpu Sendok, bergelar Maharaj Rake Hino Sri Isyana Wikramadharmotunggadewa
·         Sri Isyanatunggawijaya
·         Makutawangsawardhana.
·         Darmawangsa, bergelar Sri Darmawangsa Teguh Anantawikramatunggadewa.
·         Airlangga, bergelar Sri Maharaja Rake Halu Sri Lokeswara Dharmawangsa Airlangga Anantawikramatunggadewa.
Tahun 1401 kerajaan kahuripan di bagi menjadi dua 2 (tugas pembagian di serahkan kepada Mpu Bharada), yaitu :
·         Janggala atau Singasari, dengan ibukota Kahuripan.
·         Panjalu atau Kediri, dengan ibukota di Daha.
8.      Kerajaan Kediri
Kerajaan Janggala di perintah oleh Raja Mapanji Garakasan. Kerajaan Kediri di perintah oleh raja Sri Samarawijaya.
Perebut kekuasaan antara jenggala dan kediri berlangsung sampai tahun1520. Selanjutnya selama kurang lebih setengah abad ke dua kerajaan tersebut tidak disebut-sebut lagi dalam sejarah.

Tahun 117 kerajaan ini tampil lagi dengan rajanya :
·         Sri Maharaja Rakai Sirikan Sri Kameswara.
·         Jaya baya, bergelar Sri Maharaja Sang Mapanji jaya Jayabaya
Pada masa itu, kitab Baharata Yudha di gubah oleh Mpu sedihdan di lanjutkan Mpu Panuluh (Mpu Sedah meninggalkan sebelum kitabnya selesai)
·         Mpu Penuluh juga menulis buku Hariwangsa dan Gatutkacasraya.
·         Sri Aryeswara.
·         Kameswara, bergelar Sri Maharaja Sri Kameswara Triwikramawarata.
Pujangga yang terkenal pada masa itu adalah :
·         Mpu Tanakung, karyanya Werasancaya dan Lubdaka.
·         Mpu Darmaja, karyanya Smaradhahana.
Kerajaan Kediri runtuh pada tahun 1222, karena ditaklukkan oleh Ken Arok.
9.      Kerajaan Bali
a.       Raja-raja Wangsa Warmadewa
Salah satu wangsa terkenal yang memerintah di bali ialah wangsa Warmadewa.
Raja yang terkenal ialah :
·         Tri Candrabhaysingka Warmadewa.
·         Udayana, bergelar Dhamodayana Warmadewa.
Udayana, berputar tiga orang yaitu :
·         Airlangga, yang menjadi menantu Raja Dharmawangsa, dan kemudian menjadi raja Kahuripan (kerajaan wangsa Isyana).
·         Marataka, yang menggantikan Udayana (tetapi tidak terkenal).
·         Anak Wungsu, yang menggantikan tahta Marataka tahun 1049.
·         Dari pemerintahan Anak Wungsu di tinggalkan 28 buah prasasti Singkat, yang antara lain di temukan di goa Gajah, Gunung Kawi (Tampak Siring), Gunung Panulisan, dan Sangit.
b.      Raja-Raja Lain di Bali
Sesudah pemerintahan wangsa Warmadewa, Pulau Bali di perintah oleh raja-raja lain yang berganti-ganti, dan yang terkenal di antaranya :
·         Jayasakti, mempunyai kitab undang-undang yaitu uttara Widhi Balawan dan Rajawacana (1133 – 1150).
·         Jayapangus, menggunakan kitab undang-undang Manawasasa nadharma (117 – 1181).
·         Tahun 1284 Kerajaan Bali di taklukan oleh Kertanegara dari Singa-sari.
10.  Kerajaan Singasari
Riwayat dan pemerintahan Ken Arok serta raja-raja Singasari terdapat dalam buku Pararaton dan negara kertagama. Raja-raja yang memerintah ialah :
1)      Ken Arok.
Ken Arok menjadi raja Singasari setelah membunuh Tumapel Tunggul Ametung dan menaklukkan Kerajaan Kediri tahun 1222 di Ganter. Ken Arok sebagai pendiri dan raja pertama di Singasari yang bergelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabhumi, kemudian keturunannya terkenal dengan sebutan wangsa Rajasa.
2)      Anusapati (anak Tunggul Ametung - Ken Dedes).
Anusapati menjadi raja Setelah membunuh Ken Arok (ayah tirinya), dengan menyuruh seorang pengalasan (budak).
3)      Tohjaya (anak Ken Arok - Ken Umang).
Tohjaya menjadi raja setelah membunuh Anusapati. Tahun 1248 timbul pemberontakan yang dilancarkan oleh :
·         Ranggawuni (anak Anusapati).
·         Mahisa Campaka (anak Mahisa Wongaleleng atau cucu Ken Arok dan Ken dedes)
a)      Ranggawuni.
Bergelar Sri Jaya Wisnuwardhana 1248 - 1268. Wisnuwardhana memerintah Singasari bersama-sama Mahisa Cempaka sebagai Ratu Anggabaya, yaitu pejabat tinggi yang bertugas menanggulangi bahaya yang mengancam kerajaan, gelarnya Narasinghamurti.
b)      Kertanegara.
Bergelar Srimaharajadhiraja Sri Kartanegara (1269 – I292), merupakan raja Singasari yang terbesar. Tahun 1275 dikirimnya ekspedisi Pamalayu.
Daerah-daerah yang ditaklukkannya antara lain Bali, Pahang, Sunda, Bakulapura (Kalimantan Barat Daya) dan Gurun (Maluku) serta mengadakan hubungan persahabatan dengan Jaya Singawarman - Raja Campa. Tahun 1292 di taklukan oleh Jayakatwang dari Kediri.
11.  Kerajaan Majapahit

1) Kertarajasa, Jayawardhana (1292-1309).

Didirikan oleh Raden Wijaya (anak Lembu Tal atau cucu Mahisa Campaka) pada tahun 1292 setelah memperdayai bala tentara Kubilai Khan dan Cina yang bermaksud menghukum Raja Jawa yang tela menghina utusannya yaitu Meng Ki pada masa pemerintahan Kertanegara di Singasari.

Karena Kertanegara telah dihancurkan oleh Jayakatwag dari Kediri, maka bala tentara Kubilai Khan menghancurkan Kediri, Yang selanjutnya atas siasat Raden Wijaya di bantu oleh Arya Wiraraja, bala tentara Cina dapat dihancurkan oleh Raden Wijaya. Akhirnya Raden wijaya menjadi Raja Majapahit pertama dengan gelar Kertarejasa Jayawardhana. Raden Wijaya memperistri 4 orang putri Kertanegara, yaitu :
* Tribuana, sebagai permaisuri.
* Gayatri. yang kemudian menurunkan raja-raja Majapahit.
* Narendraduhita.
* Prajnaparamita.

Tahun 1309 Raja Kertarajasa wafat, meninggalkan tiga orang putra:
* Jayanegara (dari permaisuri).
* Sri Gitarya (dari Gayatri) kemudian menjadi Bhre Kahuripan
* Dyah Wiyat (dari Gayatri) kemudian menjadi Bhre Daha.

2) Sri Jayanegara (1309 - 1329).

Jayanegara menggantikan ayahandanya dengan gelar Sri Jayanegara. Pada masa pemerintahannya timbul pemberontakan, yaitu
* Pemberontakan Ranggalawe dari Tuban.
* Pemberontakan Sora, pada tahun 1311.
* Pemberontakan Nambi, pada tahun 1316.
* Pemberontakan Kuti, pada tahun 1319. lbukota Majapahit berhasil diduduki dan raja

Jayanegara mengungsi ke desa Bedander dikawal oleh 15 orang pengawal setia (pasukan Bhayangkari) di bawah pimpinan Gajah Mada. Atas usaha Gajah Mada ibukota dapat direbut lagi, dan kembali Jayanegara bertahta, Atas jasanya Gajah Mada diangkat menjadi patih Kahuripan dan kemudian Kediri.

Dalam pemerintahannya Raja Jayanegara menggunakan lambang Minadwaya (dua ekor ikan)

3) TribhuwanaTunggadewi (1328 -1350)

Jayanegara wafat tidak meninggalkan putra, maka Gayatri atau Rajapatni berhak menjadi raja. Karena Gayatri telah menjadi bhiksuni (pendeta agama Buddha), maka diwakilkan kepada Sri Gitarya, Bhre Kahuripan yang bergelar Tribuwanatunggadewi Jayawisnuwardhana.

Timbul pemberontakan Sadeng, yang dapat dipadamkan oleh Gajah Mada, karena jasanya pada tahun 1331 Gajah Mada diangkat menjadi perdana menteri, yang pada saat pelantikannya mengucapkan Sumpah Palapa. Tahun 1350 Gayatri atau Rajapatni wafat, Tribuwana yang mewakilinya menyerahkan kekuasaan itu pada anaknya bernama, Hayam Wuruk.

4) Rajasanegara (1350 -13891)

Hayam Wuruk naik tahta pada usia 16 tahun, bergelar Rajasanegara, merupakan raja terbesar dalam sejarah Majapahit dengan Gajah Mada sebagai Mahapatih. Kekuasaannya meliputi seluruh Kepulauan Nusantara, bahkan masih ditambah dengan Tumasik (Singapura) dan Semenanjung Melayu.

Karya sastra yang terkenal diantaranya :
* Negarakertagama karya Mpu Prapanca.
* Sutasoma atau Parusadashanta dan Arjunawijaya karya Mpu Tantular.

Tahun 1364 Gajah Mada wafat, kedudukannya diganti oleh 4 orang menteri. Tahun 1389 Hayam Wuruk Wafat.

5) Wikramawardhana (1389 - 1429)

Hayam Wuruk dengan permaisurinya hanya mempuyai seorang putri yaitu Kusumawardhani yang selanjutnya memerintah bersama suaminya Wikramawudhana yang masih saudara sepupunya. Bhre Wirabumi, anak dari selir diberi kekuasaan memerintah daerah Blambangan, merasa tidak puas, dan merasa lebih berhak atas tahta Majapahit.

Tahun 1401 - 1406 timbul perang saudara antara Bhre Wirabumi dan Wikramawardhana. Bhre Wirabumi gugur (Perang Paregreg). Tahun 1429 Wikramawurdhana wafat, Majapahit telah menjadi kerajaan kecil akibat dari satu persatu daerahnya melepaskau diri.

Tahun 1478 Bhatara Prabu Girindrawardhana raja Daha merebut Majapahit dari Raja Kertabumi (Raja Majapahit yang terakhir).

12. Kerajaan Samudra Pasai

Samudra Pasai adalah kerajaan Islam Nusantara yang pertama. Letaknya di Aceh Utara (sekarang masuk Kabupaten Lhoksumawe) berdiri abad 13. Raja-rajanya ialah :
* Sultan Malik al Saleh.tahun 635 Hijriah atau l297 Masehi
* Sultan Muhammad bergelar Sulatan Malik al Tathir.

13. Kerajaan Demak

1) Raden Patah(±1500 -1518).

Pada awal 1500 seorang Bupati Demak yang memeluk agama Islam yaitu Raden Patah melepaskan diri dari Majapahit. Dibantu para ulama Raden Patah mendirikan Kerajaan Demak.

Selanjutnya Demak berkembang menjadi pusat pengembangan agama Islam. Tahun 1511 hubungan Demak dengan Malaka terputus karena Malaka dikuasai Portugis. Tahun 1513 armada Demak dibawah pimpinan Pati Unus menyerang malaka tetapi gagal.

2) Pati Unus (1518 - l 521)

Pati Unus terkenal dengan sebutan pangeran sabrang Lor, hanya tiga tahun menjadi raja.

3) Sultan Trenggana (1521 - 1546)

Sultan Trenggana adalah menantu Pati Unus. Tahun 1522 mempercayai seorang ulama dari Pasai (Faletehan) untuk memimpin armada Demak merebut Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon dari Pajajaran.

Tahun 1546 Sultan Trenggana gugur dalam usahanya menaklukan Pasuruan. Setelah itu timbul perebutan kekuasaan antara Sunan Prawata (putra sulung Sultan Trenggana) dengan Pangeran Sekar (adik Sultan Trenggana). Sunan Prawata naik tahta setelah membunuh Pangeran Sekar, tak lama kemudian Sunan Prawata dibunuh oleh Arya Penangsang (anak Pangeran Sekar).

14. Kerajaan Pajang

Jaka Tingkir (menantu Sultan Trenggana), berhasil membinasakan Arya Penangsang atas bantuan Kyai Ageng Pemanahan. Jaka tingkir naik tahta bergelar Adiwijaya dan memindahkan pusat Kerajaan Demak ke Pajang.

Kerajaan Pajang tidak lama berdiri. Setelah Sultan Adiwijaya wafat terjadi perebutan kekuasaan. Arya Pangiri (anak Sunan Prawata) mencoba merebut di gagalkan Pangeran Benawa (anak Sultan Adiwijaya) dibantu Sutawijaya (anak Kyai Ageng Pemanahan).

Pangeran Benawaa merasa tidak sanggup menggantikan ayah handanya, maka menyerahkan kekuasaan kepada Sutawijaya, yang kemudian memindahkan pusat pemerintahan ke Mataram.

15. Kerajaan Mataram Islam.

Sutawijaya lebih dikenal dengan Panambahan Senapati. Panembahan Senapati wafat tahun 1601.

16. Kerajaan Banten

Setelah Faletehan merebut Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon, maka dialah yang menguasainya. Karena di demak timbul perebutan kekuasaan maka pada tahun 1522 Faletehan menyerahkan Banten kepada putranya Hasanuddin sebagai raja Banten yang pertama dan Faletehan memusatkan perhatiannya pada agama Islam di Gunung Jati, Cirebon.

Raja-raja yang lain ialah :
* Pangeran Yusuf (1570)
* Maulana Muhammad (baru berusia 9 tahun), tahun 1596 gugur dalam usahanya menyerang Palembang.
* Abdulmufakir (baru berusia 5 tahun), pemerintahan dikendalikan oleh Mangkubumi Jayanegara.

17. Kerajaan Malaka

Kerajaan Malaka tidak terletak di kawasan Nusantara. Raja-rajanya ialah :
* Paramisora, pelarian dari Majapahit, yang telah masuk lslam, yang telah diganti nama Sultan Iskandar Syah.
* Sultan Mansyur Syah.
* Sultan Mahmud Syah.
* Tahun 1511. Malaka jatuh ke tangan Portugis.

18. Kerajaan Aceh

Pada awal abad 16 masih merupakan kerajaan kecil, di bawah kekuasaan Pedir.

Raja-rajanya ialah :
* Sultan Ibrahim. Aceh melepaskan diri dari Kerajaan Pedir. Aceh semakin maju karena Malaka di kuasai oleh Portugis, sehingga pedagang Islam dari Arab dan Gujarat mengalihkan perdagangannya ke Aceh.
* Sultan Iskandar Muda (1607-1639).Pada pemerintahannya Aceh mencapai puncak ketayaannya.

19. Kerajaan Ternate

Berdiri kira-kira Abad ke 13. Abad 14 Ternate Menjadi Kerajaan Islam. Masa Pemerintahan Sultan Baabullah Ternate Mencapai puncak kejayaannya. Tahun 1575 Sultan Baabullah Mengusir Portugis Dari Maluku. Baabullah bergelar yang di pertuan di 72 pulau, meluaskan wilayahnya sampai Filipina.

20. Kerajaan Tidore

Merupakan kerajaan Islam di Maluku. Sempat diadu domba oleh Portugis dan Spanyol, untuk berselisih dengan Kerajaan Ternate, tetapi berbalik kembali bahkan bersama-sama mengusir bangsa Portugis dari Maluku.

Rajanya yang terkenal adalah Sultan Nurku, yang gigih berjuang mengusir Belanda. Wilayahnya meliputi Halmahera. Seram, Kai, dan, sampai Papua.

21. Kerajaan Makasar

Pada abad ke 16 di Sulawesi Selatan terdapat dua kerajaan, yaitu Goa dan Tailo. Kedua kerajaan itu bersatu dengan nama Goa-Tailo, atau Makasar dengan ibu kota sombaopu, sebagai kerajaan Islam pertama di Sulawesi.
Raja-rajanya ialah :
* Raja Goa Daeng Manribia dengan gelar Sultan Alaudin. Mangkubuninya adalah raja Tailo Karaeng Matoaya bergelar Sultan Abdullah.
* Sultan Hasanuddin, masa pemerintahannya mencapai puncak kejayaan

22. Kerajaan Banjar

Dengan bantuan Kerajaan Demak, abad ke-76 Kerajaan Banjar di Kalimantan Selatan menaklukan Daha (sebuah kerajaan di pedalaman Kalimantan) Banjar adalah kerajaan Islam, dengan rajanya Raden Samudra yang Telah masuk Islam Berganti Nama Sultan Suryanullah.

Biografi Ir Soekarno

Ir. Soekarno (lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 – meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69 tahun) ia merupakan  Presiden In...