A.
Pengertian
bimbingan dan konseling
Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu dari
seseorang yang ahli. Adapun konseling menurut prayitno dan erman amti
(2004:105) adalah proses pemberian bantuan yang di lakukan melalui wawancara
oleh seorang konselor kepada individu yang sedang mengalami masalah (klien)
yang bernuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.
Pengertian bimbingan dan konseling
menurut beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para tokoh, bahwa
bimbingan dan konseling adalah suatu
proses pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis,
yang dilakukan oleh seorang yang ahli yang telah mendapat pelatihan khusus.
B.
Hubungan
bimbingan dan konseling
Menurut prof. bimo walgito, para
ahli sepakat secara bulat, baik tentang kesamaan antara bimbingan dan konseling
serta perbedaannya, maupun saling melengkapi antara kegiatan bimbingan dan
konseling.
Pandangan lain ialah bahwa guidance
dan conseling merupakan kegiatan yang integral, keduanya tidak dapat
dipisahkan. Oleh karena itu, perkataan guidance selalu dirangkaikan dengan
counseling sebagai kata majemuk.Counseling merupakan salah satu jenis tehnik
pelayanan bimbingan diantara pelayanan – pelayanan lainnya, dan sering
dikatakan sebagai inti dari keseluruhan pelayanan dalam hubungan.
C.
Pengetian
prinsip bimbingan dan konseling
Prinsip berasal dari kata
“PRINSIPRA” yang berarti permulaan dengan suatu cara tertentu melahirkan hal –
hal lain, yang keberadaannya tergantung dari pemula itu, prinsip ini merupakan
hasil perpaduan antara kajian teoritik dan teori lapangan yang terarah yang digunakan sebagai
pedoman dalam pelaksanaan yang dimaksudkan.
Ada beberapa prinsip pelaksanaan bimbingan dan konseling
diantaranya :
1.
Bimbingan
adalah suatu proses membantu individu agar nereka dapat membantu dirinya
sendiri dalam menyelesaikan masalah yang di hadapinya
2.
Hendaknya
bimbingan bertitik tolak pada individu yang di bombing
3.
Bimbingan
diarahkan kepada individu dan tiap individu memiliki karakteristik tersendiri
4.
Masalah
yang dapat diselesaikan oleh tim pembimbing dilingkungan lembaga hendaknya
diserahkan kepada ahli atau lembaga yang berwenang menyelesaikannya
5.
Bimbingan
dimulai dengan identifikasi kebutuhan yang dirasakan individu yang akan
dibimbing
Rumusan prinsip – prinsip bimbingan
dan konseling pada umumnya ialah berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah
klien, tujuan dan proses penanganan masalah, program pelayanan, penyelenggaraan
pelayanan.
D.
Macam
– macam prinsip bimbingan dan konseling
a.
Prinsip
– prinsip berkenaan dengan sasaran pelayanan
a.
BK
melayani semua individu tanpa memandang umur,
jenis kelamin, suku, agama, dan
status social ekonomi
b.
BK
berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis
c.
BK
memperhatikan sepenuhnya tahap – tahap dan berbagai aspek perkembangan individu
d.
BK
memberikan perhatian utama kepada perbedaan individual yang menjadi orientasi
pokok pelayanannya.
b.
Prinsip
– prinsip berkenaan dengan masalah individu
a.
BK
berurusan dengan hal – hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental atau fisik
individu terhadap penyesuaian dirinya dirumah, disekolah serta dalam kaitannya
dengan kontak social dan pekerjaan, dan sebaiknya pengaruh lingkungan terhadap
kondisi mental dan fisik individu
b.
Kesenjangan
social, ekonomi dan kebudayaan merupakan factor timbulnya masalah pada individu
yang kesemuanya menjadi perhatian utama pelayanan BK
c.
Prinsip
– prinsip berkenaan dengan program pelayanan
a.
BK
merupakan bagian integrasi dari proses pendidikan dan pengembangan, oleh karena
itu BK harus diselaraskan dan dipadukan dengan program pendidikan serta
pengembangan peserta didik
b.
Program
BK harus fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan individu, masyarakat dan
kondisi lembaga
c.
Program bimbingan dan konseling disusun secara
berkelanjutan dari jenjang pendidikan terendah sampai tertinggi
d.
Pronsip
– prinsip berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan
a.
BK harus diarahkan untuk pengembangan individu
yang akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi permasalahannya
b.
Dalam
proses BK keputusan yang diambil dan akan dilakukan oeh individu hendaknya atas
kemauan individu itu sendiri bukan karena kemauan atau desakan dari pihak lain
c.
Permasalahan
individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan
permasalahan yang dihadapi
d.
Kerja
sama antara guru pembimbing, guru – guru lain dan orang tua anak amat
menentukan hasil pelayanan bimbingan
e.
Prinsip
– prinsip bimbingan dan konseling disekolah dalam lapangan operasional
bimbingan dan konseling
diharapkan pelayanan bimbingan dan konseling disekolah dapat tumbuh
dan berkembang dengan amat baik
mengingat sekolah merupakan lahan yang secara potensial sangat subur.
A.
Sejarah
bimbingan konseling didunia internasional
1.
Era
tahun 1900 – 1909 (era perintisan)
Tiga
tokoh utama pada periode ini adalah Jesse B. Davis, Frank Parsons, dan Clifford
Beers.Davis adalah orang pertama yang mengembangkan program bimbingan yang
sistematis di sekolah-sekolah.Pada tahun 1907, sebagai pejabat yang bertanggung
jawab pada the
Grand Rapids (Michigan) school system, ia menyarankan agar guru kelas
yang mengajarEnglish Composition untuk mengajar bimbingan satu
kali seminggu yang bertujuan untuk mengembangkan karakter dan mencegah
terjadinya masalah. Sementara itu, Frank Parsons di Boston melakukan hal yang
hampir sama dengan Davis.
Pada
tahun yang sama ketika Frank Parsons mendirikan Vocational
Bureau (1908),
William Heyle juga mendirikan Community Psychiatric Clinicuntuk
pertama kalinya. Selanjutnya, The Juvenille Psychopathic
institutedidirikan untuk memberi bantuan kepada para pemuda di Chicago yang
mempunyai masalah. Dalam keadaan tersebut terlibat pula para psikolog.Tentu
saja tidak mungkin berbicara soal kesehatan mental tanpa melibatkan orang-orang
yang cukup terkenal, seperti Sigmund Freud dan Joseph Breuer.
2.
Era Tahun
1910-1970
Pada
era ini konseling mulai diinstitusionalisasikan dengan didirikannyathe
National Vocational Guidance Association (NVGA) pada tahun 1913.Selain
itu, pemerintah Amerika Serikat mulai memanfaatkan pelayanan bimbingan untuk
membantu veteran perang.Pada dekade 1940-an ditandai munculnya teori konseling Non-Directiveyang
dipelopori oleh Carl Rogers. Ia mempublikasikan buku yang berjudulCounseling
and Psychotherapy pada
tahun 1942. Pada tahun 1950-an muncul pula berbagai organisasi konseling yaitu the
American Personnel and Guidance Association (APGA).
Selanjutnya disahkannya the National Defense Education Act (NDEA)
pada tahun 1958.
3. Era
Tahun 1980-an
Dekade
ini profesi konseling sudah mulai berkembang dengan munculnya standarisasi
training dan sertifikasi. Pada tahun 1981 dibentuk the
Council for Accreditation of Counseling and Related Educational Program(CACREP).
CACREP berfungsi untuk melakukan standarisasi pada program pendidikan kondeling
di tingkat master dan doktor pada bidang konseling sekolah, konseling
komunitas, konseling kesehatan mental, konseling perkawinan dan keluarga, dan
konseling di Perguruan Tinggi.
4. Era
Tahun 1990-an
Selama
tahun 1980-an dan 1990-an, sejumlah permasalahan sosial mempengaruhi anak-anak
yang pada gilirannya mengakselerasi pertumbuhan konseling SD. Isu-isu seperti
penyalahgunaan obat, penganiayaan anak, pelecehan seksual dan pengabaian anak,
plus meningkatnya minat dan atensi, bagi pencegahannya, mengarah kepada
pemandatan konseling SD.
B. Sejarah Bimbingan Konseling di Indonesia
1.
Sebelum
Kemerdekaan
Masa sebelum
kemerdekaan yaitu pada masa penjajahan Belanda dan Jepang, kehidupan rakyat
Indonesia berada dalam cengkeraman penjajah (Pendidikan diselenggarakan untuk
kepentingan penjajah).Para siswa dididik untuk mengabdi untuk kepentingan
penjajah.Dalam situasi seperti ini upaya bimbingan sudah tentu diarahkan bagi
perwujudan tujuan pendidikan masa itu yaitu menghasilkan manusia pengabdi
penjajah.Akan tetapi, rasa nasionalisme rakyat Indonesia ternyata sangat tebal
sehingga upaya penjajah banyak mengalami hambatan.
2. Dekade
40-an (Perjuangan)
pada
dekade ini lebih banyak ditandai dengan perjuangan merealisasikan kemerdekaan
melalui pendidikan. Masalah kebodohan dan kerbelakangan merupakan masalah besar
dan tantangan yang paling besar bagi pendidikan pada saat itu.Tetapi yang lebih
mendalam adalah mendidik bangsa Indonesia agar memahami dirinya sebagai bangsa
yang merdeka sesuai dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945.Hal ini pulalah yang
menjadi fokus utama dalam bimbingan pada saat itu.
3. Dekade
50-an (Perjuangan)
Kegiatan
bimbingan pada masa dekade ini lebih banyak tersirat dalam berbagai kegiatan
pendidikan.Upaya membantu siswa dalam mencapai prestasi lebih banyak dilakukan
oleh guru di kelas atau di luar.Akan tetapi, pada hakikatnya bimbingan telah
tersirat dalam pendidikan dan benar-benar menghadapi tantangan dalam membantu
siswa di sekolah agar dapat berprestasi meskipun dalam situasi yang amat
darurat.
4. Dekade
60-an (Perintisan)
memasuki
dekade 60-an suasana politik kurang begitu menguntungkan dengan klimaksnya
pemberontakan G 30 S/PKI tahun 1965. Akan tetapi, dalam dekade ini pula lahir
Orde Baru tahun 1966, yang kemudian meluruskan dan menegakkan serta ini sudah
mulai mantap dalam merintis ke arah terwujudnya suatu sistem pendidikan
nasional.
5. Dekade
70-an (Penataan)
Kelahiran orde
baru telah banyak menyadarkan bangsa Indonesia akan kelemahan di masa lampau
dan kesediaan memperbaiki di masa yang akan datang melalui pembangunan
6. Dekade
80-an (Pemantapan)
Setelah melalui
penataan dalam dekade 70-an, maka dalam dekade 80-an ini bimbingan diupayakan
agar mantap. Pemantapan terutama diusahakan untuk menuju kepada perwujudan
bimbingan yang profesional
C. Perkembangan Bimbingan Konseling Di Indonesia
Setelah proklamasi Indonesia tanggal 17 agustus
1945, dan adanya beberapa kementerian
pada waktu itu, di Indonesia didirikan kantor tenaga kerja. Ini menunjukan
adanya suatu usaha untuk menempatkan orang-orang yang ingin bekerja, yang
sebenarnya di sesuaikan dengan kemampuanya. Pada prinsipnya, seperti vocational bureau yang didirikan olejh
frank parsons di boston, yaitu menempatkan seseorang pada suatu pekerjaan yang
sesuai dengan pekerjaanya.
Pada tahun 1964, IKIP bandung dan IKIP Malang mendirikan
jurusan bimbingan dan penyuluhan. Tahun 1971, berdiri proyek perintis sekolah
pembangunan (PPSP) pada delapan IKIP yaitu IKIP Padang, IKIP Jakarta, IKIP
Bandung, IKIP Yogyakarta, IKIP Semarang, IKIP Surabaya, IKIP Malang, dan IKIP
Manado. Melalui proyek ini bimbingan dan penyuluhan dikembangkan, dan berhasil
di susun “Pola Dasar Rencana dan
Pengembangan Bimbingan dan
Penyuluhan” pada PPSP. Kurikulum 1975 untuk sekolah menengah atas pun memuat
bimbingan dan penyuluhan.
Di dalam SK Mendikbud ini, istilah bimbingan dan
penyuluhan diganti menjadi bimbingan
dan konseling di Indonesiadan dilaksanakan oleh guru pembimbing.Dan dari
sinilah semuanya mulai jelas.
Pra
lahirnya pola 17
Pelaksanaan
bimbingan dan penyuluhan diselenggarakan dengan pola yang
tidakjelas. Ketidakjelasan
ini berdampak pada pola bimbingan dan konseling yaitu:
1. Melahirkan
miskonsepsi terhadap BK
2. Munculnya
persepsi negatif
terhadap pelaksanaan BK
3. Muncul
berbagai kritikan sebagia wujud kekecewaan atas
kinerja guru pembimbing sehingga terjadi kesalahpahaman.
4. Berlarut-larutnya,
persepsi negative dan miskonsepsi
Ada beberapa masalah yang timbul, di
antaranya sebagi berikut:
1. Konselor
sekolah di anggap polisi sekolah
2. BK
di anggap semata-mata sebagai pemberi nasihat
3. BK
dibatasi pada masalah yang incidental dan untuk klien-klien tertentu saja
4. BK
melayani orang sakit atau orang kurang normal
5. Adanya
anggapan bahwa pekerja BK bias dilakukan oleh siapa saja. Dsb
Lahirnya pola 17
SK Mendikbud No.
025/1995 sebagai petunjuk pelaksanaan jabatan tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Memuat hal-hal yang
substansial khususnya menyangkut bimbingan dan konseling sebagai berikut:
1. Istilah
bimbingan penyuluhan diganti dengan bimbinga koseling
2. Pelaksanaan
bimbingan disekolah di lakukan oleh pmbimbing.
3. Guru
yang ditugaskan adalah guru yang memang berkemampuan melaksanakan kegiatan
tersebut.
4. Kegiatan
bimbingan dan konselig dilaksanakan denngan pola yang jelas.
a. Pengertian,
tujuan, fungsi, prinsip, dan asas-asasnya
b. Bidang
bimbingan, bimbingan pribadi, social
belaar dan karir
c. Jenis
layanan: layanan orientasi, informasi, penempatan, pembelajaran, konseling
perseorangan, bimbingan kelompok dan konseling kelompok.
d. Kegiatan
pendukung: instrumentasi, himpunan data, konferensi kasus kunjungan rumah.
5. Setiap
kegiatan bimbingan dan konseling dilaksnakan melalui tahap:
a. Perencanaan
kegiatan
b. Pelaksanaan
kegiatan
c. Penilaian
hasil kegiatan
d. Analisis
hasil kegiatan
e. Tindak
lanjut
6. Kegiatan
bimbingan dan konseling dilaksanakan didalam dan diluar jam sekolah. Hal-hal
yang substansial di atas di harapkan dapat mengubah kondisi yang tidak jelas
yang sudah lama berlangsung sebelumnya.
7. Penyusunan
pedoman musyawarah guru pembimbing (MGP) dengan SK Mendikbud No. 025/1995,
khususnya yang menyangkut bimbingan konseling menjadi jelas. Pelaksanaanya adalah
guru pembimbing atau guru yang
sudah mengikuti penataran bimbingan konseling selama 180 jam. Kegiatanya adalah BK pola 17.
A. TUJUAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
Sejalan dengan perkembangannya konsepsi bimbingan dan
konseling maka tujuan bimbingan dan konselingpun mengalami perubahan dari yang
sederhana sampai ke yang lebih konprehensif yaitu:
·
Menurut Hamrin & Cliford, ialah untuk membantu individu
membuat pilihan penyesuaian-penyesuaian interpretasi dalam hubungannya dengan
situasi-situasi tertentu.
·
Bradshow, untuk memperkuat fungsi-fungsi pendidikan.
·
Tiedeman, untuk membantu menjadi insan yang berguna tidak
hanya sekedar mengikuti kegiatan-kegiatan yang berguna saja dengan proses.
Dengan
proses konseling dapat:
·
Mendapat dukungan selagi klien mendapatkan segenap kekuatan
dan kemampuan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi.
·
Memperoleh wawasan baru yang lebih segar tentang berbagai
alternative, pandangan dan pemahaman-pemahaman, serta keterampilan-keterampilan
baru.
·
Menghadapi ketakutan-ketakutan sendiri; mencapai kemampuan
untuk mengambil keputusan dan keberanian untuk melaksanakan kemampuan untuk
mengambil resiko yang mungkin ada dalam proses mencapai tujuan-tujuan yang
dikehendaki.
Tujuan
konseling dapat terentang dari sekedar klien mengikuti kemauan-kemauan konselor
sampai kepada masalah pengambilan keputusan, pengembangan kesadaran,
pengembangan pribadi, penyembuhan dan penerimaan diri sendiri.
Menurut
Thompson & Rudolph, (1983) Bimbingan dan konseling bertujuan agar klien:
- Mengikuti kemauan-kemauan/saran-saran konselor.
- Mengadakan perubahan tingkah laku secara positif.
- Melakukan pemecahan masalah.
- Melakukan pengambilan keputusan, pengembangan kesadaran dan pengembangan pribadi.
- Mengembangkan penerimaan diri.
- Memberikan pengukuhan.
1.
Tujuan Umum Bimbingan Dan Konseling
Ø Tujuan
umum bimbingan dan konseling di sekolah
Tujuan umum pelayanan bimbingan dan
konseling pada dasarnya sejalan dengan tujuan pendidikan itu sendiri karena
bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari sistem pendidikan. Pada
Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan
bahwa tujuan pendidikan adalah terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang
cerdas, yang beriman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan.
2.
Tujuan khusus bimbingan dan
konseling
Ø Tujuan
Khusus Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah
1. Membantu
siswa-siswa untuk mengembangkan pemahaman diri sesuai dengan kecakapan, minat,
pribadi, hasil belajar, serta kasempatan yang ada.
2. Membantu
siswa-siswa untuk mengembangkan motif-motif dalam belajar, sehingga tercapai
kemajuan pengajaran yang berarti.
3. Memberikan
dorongan didalam pengarahan diri, pemecahan masalah, mengambil keputusan, dan
keterlibatan diri dalam proses pendidikan.
4. Membantu
siswa-siswa untuk memperoleh kepuasan pribadi dalam menyesuiakan diri secara
maksimum terhadap masyarakat.
5. Membantu
siswa-siswa untuk hidup didalam kehidupan yang seimbang dalam berbagai aspek
fisik, mental, dan sosial.
Ø Tujuan
Bimbingan Bagi Guru
1. Membantu
guru dalam berhubungan dengan siswa-siswa.
2. Membantu
guru dalam menyesuaikan keunikan individual dengan tuntunan umum sekolah dan masyarakat.
3. Membantu
guru dalam mengenal pentingnya keterlibatan diri dalam keseluruhan program
pendidikan.
4. Membantu
keseluruhan program pendidikan untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan seluruh
siswa.
Ø Adapun
Tujuan Bimbingan Bagi Sekolah:
1. Menyusun
dan menyesuaikan data tentang siswa yang bermacam-macam.
2. Mengadakan
penelitian tentang siswa dari latar belakangnya.
3. Membantu
menyelenggarakan kegiatan penataran bagi para guru dan personil lainnya, yang
berhubungan derngan kegiatan bimbingan.
4. Mengadakan
penelitian lanjutan terhadap siswa-siswa yang telah meninggalkan sekolah.
B. FUNGSI
BIMBINGAN DAN KONSELING
Fungsi bimbingan dan konseling
secara umum adalah sebagai fasilitator dan motivator client dalam upaya
mengatasi dan mencegah problema kehidupan client dengan kemampuan yang ada pada
diri sendiri.Dalam hubungan ini bimbingan dan konseling berfungsi sebagai
pemberi layanan kepada preseta didik agar masing-masing peserta didik dapat
berkembang secara optimal sehingga menjadi pribadi yang utuh dan mandiri oleh
karena itu pelayanan bimbingan dan konseling mengembangkan sejumlah fungsi yang
hendak dipenuhi melalui kegiatan bimbingan dan konseling. Fungsi-fungsi
tersebut adalah:
1)
Fungsi pemahaman
2)
Fungsi pencegahan
3)
Fungsi pengentasan
4)
Fungsi pengentasan dan peralihan
5)
Fungsi adopsi
A.
Dasar Bimbingan dan Konseling
Dasar bimbingan dan
konseling adalah ketentuan-ketentuan yang harus ditetapkan dalam peyelenggaraan
pelayanan, agar kegiatan pelayanan tersebut dapat terlakasana dengan baik serta
mendapat hasil yang memuaskan bagi konseling.
1.
Asas-Asas
Bimbingan dan Konseling
a)
Asas
kerahasiaan
b)
Asas keterbukaan
c)
Asas kesukarelaan
d)
Asas kegiatan
e)
Asas kemandirian
f)
Asas kekinian
g)
Asas kedinamisan
h)
Asas keterpaduan
i)
Asas kenormatifan
j)
Asas keahlian
k)
Asas alih tangan
l)
Asas tut wuri handayani
B.
Prinsip-Prinsip
Bimbingan dan Konseling di Sekolah
1)
. Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran layanan
2) Prinsip-prinsip
berkenaan dengan permasalahan individu
3) Prinsip-prinsip
berkenaan dengan program pelayanan
4) Prinsip-prinsip
berkenaan dengan tujuan pelaksanaan pelayanan
Menurut Haditono 12
prinsip bimbingan adalah sebagai berikut :
a) Bimbingan dan konseling dimaksudkan untuk anak-anak, orang dewasa, dan
orang-orang yang sudah tua.
b) Tiap aspek dari kepribadian seseorang menentukkan tingkah laku orang itu.
c) Usaha-usaha bimbingan pada prinsipnya harus menyeluruh kesemua orang karena
semua orang mempunyai berbagai masalah yang butuh pertolongan.
d) Semua guru disekolah seharusnya menjadi pembimbing karena semua murid juga
membutuhkan bimbingan.
e) Sebaiknya semua usaha pendidikan adalah bimbingan sehingga alat-alat dan
teknik mengajar juga sebaiknya mengandung suatu dasar pandangan bimbingan
A.
Pengertian Bimbingan dan konseling
Bimbingan & Konseling, “Proses interaksi antara
konselor-konselor dengan klien atau konselee baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam rangka untuk membantu klien agar dapat mengembangkan potensi
dirinya atau pun memecahkan permasalahan yang dialaminya
B.
Bidang-bidang Bimbingan konseling
Bidang – bidang bimbingan social di bagi menjadi 4 macam, yaitu :
1)
Bidang Pengembangan Pribadi
2)
Bidang Pengembangan Sosial
3)
Bidang Pengembangan Kegiatan
Belajar
4)
Bidang Pengembangan Karier
C.
Layanan Bimbingan dan Konseling
Ø Prayitno, menjelaskan bahwa layanan
BK mencakup sembilan jenis layanan, yaitu:
1.
Layanan Orientasi
2.
Layanan Informasi
3.
Layanan Penempatan dan Penyaluran.
4.
Layanan Penguasaan Konten
5.
Layanan Konseling Individual
6.
Layanan Bimbingan Kelompok
7.
Layanan Konseling Kelompok
8.
Layanan Mediasi
9.
Layanan Konsultasi
A. Pengertian
Layanan dalam Bimbingan dan Konseling
Istilah
bimbingan dan konseling sudah sangat popular di saat ini. Bahkan sangat penting
peranannya dalam sistem pendidikan. Semua ini terbukti karena bimbingan dan
konseling telah dimasukkan dalam kurikulum bahkan merupakan ciri khas dari
kurikulum SMP dan SMA/SMK tahun 1975, 1984, 1994, 2004 dan KTSP di
seluruh Indonesia. (Sukardi, 2008: 1)
B. Jenis – Jenis
Layanan dalam Bimbingan dan Konseling
1)
Layanan Orientasi
Layanan orientasi adalah layanan bimbingan yang
dilakukan untuk memperkenalkan siswa baru dan atau seseorang terhadap
lingkungan yang baru dimasukinya.
2) Layanan Informasi
Layanan informasi yaitu layanan bimbingan dan
konseling yang memungkinkan peserta didik menerima dan memahami berbagai
informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan
keputusan untuk kepentingan peserta didik.
3) Layanan Penempatan dan Penyaluran
Yaitu layanan bimbingan
dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh penempatan dan
penyaluran yang tepat sesuai dengan potensi, bakat dan minat serta kondisi
pribadi.Fungsi utama dari layanan ini adalah fungsi pencegahan, pemeliharaan,
advokasi.
4) Layanan
Konten atau Layanan Pembelajaran
Menurut Prayitno
(2004), layanan penguasaan konten merupakan suatu layanan bantuan kepada
individu (siswa) baik sendiri maupun dalam kelompok untuk menguasai kemampuan
atau kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar.
5) Layanan
Konseling Perorangan
Layanan konselng perorangan bermakna
layanan konseling yang diselenggarakan oleh seorang
pembimbing (konselor) terhadap seorang klien dalam rangka
pengentasan masalah pribadi klien (Prayitno, 2004).
6) Layanan
Bimbingan Kelompok
Layanan bimbingan kelompok membahas
materi atau topik-topik umum baik topik tugas maupun topik bebas.Yang dimaksud
topik tugas adalah topik atau pokok bahasan yang diberikan oleh pembimbing
(pimpinan kelompok) kepada kelompok untuk dibahas.Sedangkan topik bebas adalah
suatu topik atau pokok bahasan yang dikemukakan secara bebas oleh anggota
kelompok. Secara bergiliran anggota kelompok mengemukakan topik secara bebas,
selanjutnya dipilih mana yang akan dibahas terlebih dahulu dan seterusnya.
7) Layanan
Konseling kelompok
Layanan
Konseling Kelompok Merupakan layanan memungkinkan siswa masing-masing anggota
kelompok memperoleh kesempatan untuk membahas dan pengentasan permasalahan
pribadi melalui dinamika kelompok.
8) Layanan
Mediasi
Layanan mediasi
merupakan layanan yang memungkinkanpihak-pihak yang sedang dalam keadaan saling
tidak menemukan kecocokan menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan
mereka.Layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan dan
memperbaiki hubungan antar mereka.
C. Tujuan dan
Fungsi diberikanya Pelayanan dalam Bimbingan dan Konseling di Sekolah
1. Tujuan
diberikannya Pelayanan dalam Bimbingan dan Konseling di Sekolah
a.
Menghayati nilai-nilai agama sebagai pedoman dalam berperilaku.
Berperilaku atas dasar keputusan yang mempertimbangkan aspek-aspek nilai dan
berani menghadapi resiko.
b.
Memiliki kemampuan mengendalikan diri (self-control) dalam
mengekspresikan emosi atau dalam memenuhi kebutuhan diri.
c.
Mampu memecahkan masalah secara wajar dan objektif.
d.
Memelihara nilai-nilai persahabatan dan keharmonisan dalamberinteraksi
dengan orang lain.
2.
Fungsi diberikannya Pelayanan dalam Bimbingan dan Konseling di Sekolah
a.
Fungsi pemahaman yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan
menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan
kepentingan
b.
Fungsi pencegahan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan
menghasilkan tercegahnya dan terhindarnya peserta didik dari berbagai
permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat mengganggu, menghambat,
ataupun menimbulkan kesulitan dan kerugian tertentu dalam proses
perkembangannya.
c.
Fungsi pemeliharaan dan pengembangan yaitu fungsi bimbingan dan konseling
yang akan menghasilkan terpeliharanya danterkembangkannya berbagai potensi dan
kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan
berkelanjutan.
A. Pengertian Kegiatan Pendukung Bimbingan Konseling
Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling adalah usaha untuk
mengumpulkan data dan keterangan tentang diri peserta didik (klien) dan
keterangan tentang lingkungannya, baik itu di lingkungan keluarga, sekolah,
ataupun dilingkungan sekitarnya.
B. Macam – Macam Kegiatan Pendukung Bimbingan dan
Konseling
1. Aplikasi instrumentasi Bimbingan dan konseling
Aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling yaitu
kegiatan pendukung bimbingan dan koseling untuk mengumpulkan data dan
keterangan tentang peserta didik (baik secara individu maupun kelompok).
·
Operasionalisasi dalam kegiatan
ini adalah
1) Perencanaan
Menetapkan objek yang akan diukur, menetapkan subjek,
menetapkan/menyusun instrument, menetapkan prosedur, menetapkan fasilitas,
menyiapkan kelengkapan administrative.
2) Pelaksanaan
Mengkomunikasikan rencana pelaksanaan aplikasi instrumentasi,
mengorganisasikan kegiatan instrument, pengadministrasi, mengolah jawaban
intrumen, menafsirkan dan menetapkan arah penggunaan hasil intrumen.
3) Evaluasi dan Analisis
Menetapkan materi evaluasi, menetapkan prosedur, melaksanakan evaluasi
dan mengolah serta menafsirkan hasil evaluasi.Serta menganalisis dengan
Menetapkan norma/standar analisis, melakukan asanalisis dan menafsirkan hasil
analisis.
4) Tindak Lanjut
Menetapkan jenis dan arah tindak lanjut aplikasi instrumentasi,
mengkomunikasikan rencana tindak lanjut dan melaksanakan tindak lanjut.
Dan juga menyusun laporan aplikasi instrumentasi, menyampaikan laporan dan
mendokumentasi laporan.
2.
Himpunan Data
Himpunan data
bertujuan untuk memperoleh pengertian yang lebih luas,lebih lengkap,dan lebih
mendalam tentangmasing-masing peserta didik dan membantu siswa memperoleh
pemahaman diri sendiri.
·
Operasionalisasi dalam kegiatan
ini adalah
1) Perencanaan
Menetapkan jenismenetapkan dan manata fasilitas, menetapkan mekanisme
pengisian, pemeliharaan dan penggunaan serta menyiapkan kelengkapan
administrative.
2) Pelaksanaan
Memetik dan memasukkan ke dalam HD sesuai dengan klasifikasi,
memanfaatkan data, memelihara dan mengembangkan HD.
3) Evaluasi dan Analisis
Mengkaji evisiensi sistematika dan
penggunaan fasilitas yang digunakan, memerikasa kelengkapan, keakuratan,
keaktualan dan kemanfaatan HD, serta melaksanakan analisis terhadap hasil
evaluasi berkenaan dengan kelengkapan, keakuratan, keaktualan, kemanfaatan dan
efisiensi penyelenggaraannya.
4) Tindak Lanjut
Dalam hal ini adalah mengembangkan himpunan data yang mencakup:
bentuk, klasifikasi dan sistematika data, kelengkapan, keakuratan, ketepatan
dan keaktualan data, kemanfaatan data, Penggunaan teknologi. Data yang terhimpun
harus dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya dalam kegiatan layanan bimbingan dan
konseling. Teknis penyelenggaraan serta menyusun laporan HD,
menyampaikan laporan dan mendokumentasi laporan.
3.
Konferensi Kasus
Konferensi kasus merupakan forum terbatas yang
dilakukan oleh pembimbing atau konselor guna membahas suatu permasalahan dan
arah pemecahanya.Tujuan konferensi kasus secara khusus antara lain untuk
mendapatkan suatu consensus dari para ahli dalam menafsirkan data atau
informasi yang cukup memadai dan memudahkan pengambilan keputusan.
·
Operasionalisme dalam kegiatan ini
adalah :
1) Perencanaan
Konferensi kasus harus dibicarakan terlebih dahulu dan mendapat
persetujuan dari klien yang bermasalah.Dan seluruh peserta pertemuan harus
diyakinkan oleh konselor dan memiliki sikap yang teguh untuk merahasiakan
segenap aspek dari kasus yang dibicarakan.
2) Pelaksanaan
Konselor harus mengarahkan pembicaraan sehingga seluruh peserta dapat
mengemukakan data atau keterangan yang
mereka ketahui dan mengembangkan pikiran untuk memecahkan masalah siswa.
3) Analisis
dan Evaluasi
Hasil yang
diharapkan dari konferensi kasus yang sukses apabila konselor memperoleh data
atau keterangan tambahan yang amat berarti bagi pemecahan masalah siswa dan
terbangunnya komitmen seluruh peserta pertemuan untuk menyokong upaya
pengentasan masalah siswa.
4) Tindak
Lanjut
Seluruh
hasil pertemuan dicatat dan didokumentasikan secara rapi oleh konselor dan
sebanyak-banyaknya dipergunakan untuk menunjang jenis-jenis layanan masalah
siswa yang bersangkutan.
4.
Kunjungan Rumah
Kunjungan
rumah merupakan kegiatan untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan, dan
komitmen bagi terentaskannya permasalahan peserta didik melalui kunjungan rumah
klien. Kerja sama dengan orang tua sangat diperlukan, dengan tujuan untuk
memperoleh keterangan dan membangun komitmen dari pihak orang tua/keluarga
untuk mengentaskan permasalahan klien. Kegiatan kunjungan rumah memiliki fungsi
pemahaman dan pengentasan.
·
Operasionalisasi dalam kegiatan ini adalah
1) Perencanaan
Menetapkan
kasus yang memerlukan KR, meyakinkan klien akan KR, menyiapkan data dan
informasi yang akan dikomunikasikan dengan keluarga, menetapkan materi KR dan
meyiapkan kelengkapan administrasi.
2) Pelaksanaan
Pelaksanaannya
adalah mengkomunikasikan rencana pelaksanaan KR, melakukan KR berupa: Bertemu
anggota keluarga (ortu/wal), Membahas masalah klien, Melengkapi data,
Mengembangkan komitmen, Menyelenggarakan konseling keluarga , dan merekam dan
menyimpulkan hasil KR
3)
Evaluasi dan Analisis
Mengevaluasi
proses pelaksanaan KR, mengevaluasi kelengkapan dan keakurautan data hasil KR
serta komitmen ortu/wali, mengevaluasi penggunaan data dalam rangka
pengentasan masalah klien. Dan menganalisis terhadap efektifitas
penggunaan hasil KR terhadap penanganan kasus.
4)
Tindak Lanjut
Tindakan
selanjutnya adalah mempertimbangkan apakah perlu dilaksanakan KR ulang atau
lanjutan dan mempertimbangkan tindak lanjut layanan dengan
menggunakan hasil KR yang lebih lengkap dan akurat. Serta menyusun
laporan KR, menyampaikan laporan dan mendokumentasi laporan.
5.
Alih Tangan Kasus.
Alih
tangan kasus merupakan kegiatan untuk untuk memperoleh penanganan yang lebih
tepat dan tuntas atas permasalahan yang dialami klien dengan memindahkan
penanganan kasus ke pihak lain yang lebih kompeten.
· Operasionalisasi yang perlu
dilakukan dalam Alih tangan kasus ini adalah
1)
Perencanaan
Menetapkan
kasus yang akan di ATK, meyakinkan klien akan ATK, menghubung ahli lain yang
menjadi arah ATK, menyiapkan materi ATK dan kelengkapan
administratif.
2)
Pelaksanaan
Mengkomunikasikan
rencana ATK kepada pihak terkait dan mengalihtangankan klien kepada pihak
terkait itu.
3)
Evaluasi dan Analisis
Membahas
hasil ATK melalui: Klien, laporan dari ahli lain dan analisis hasil
ATK kemudian mengkaji hasil ATK terhadap pengentasan masalah
klien. Serta Melakukan analisis terhadap efektifitas ATK terhadap
pengentsan masalah klien secara menyeluruh.
4)
Tindak Lanjut
Tindak
lanjut yang dilakukan adalah menyelenggarakan layanan lanjutan oleh konselor
jika diperlukan atau klien memerlukan ATK ke ahli lain lagi. Serta Menyusun
laporan kegiatan ATK, menyampaikan laporan dan mendokumentasi laporan.
A.
Pengertian masalah Dalam BK
Masalah
dalam bimbingan dan konseling adalah segala sesuatu yang menjadi kendala atau
hambatan pada diri siswa yang harus dipecahkan dalam pencapaian dan terwujudnya
suaatu tujuan bimbingan dan konseling.
Tujuan bimbingan dan konseling secara umum itu sendiri
antara lain:
1)
Terpecahnya suatu masalah yang
menjadi hambatan bagi siswa
2)
Menjadikan pribadi yang mandiri pada
diri siswa
3)
Mengembangkan potensi-potensi yang
ada dalam diri siswa
4)
Menambah wawasan
B.
Ciri ciri masalah
Adapun ciri-ciri masalah adalah sebagai berikut:
1) Masalah yang muncul karena ada
kesenjangan antara harapan (das sollen)dan
kenyataan (das sein).
2) Semakin besar kesenjangan, maka
masalah semakin berat.
3) Tiap kesenjangan yang terjadi dapat
menimbulkan persepsi yang berbeda
4) Masalah muncul sebagai perilaku yang
tidak dikehendaki oleh individu itu sendiri maupun oleh lingkungan.
5) Masalah timbul akibat dari proses
belajar yang keliru.
6) Masalah memerlukan berbagai
pertanyaan dasar yang perlu dijawab.
C.
kriteria masalah
Berikut ini adalah kriteria masalah dalam konseling secara
prinsip, antara lain:
1) Masalah sebagai kesenjangan antara
harapan dan kenyataan yang tergolong serius, sifatnya khas dan cukup
mengguncangkan kehidupan secara sosial maupum pribadi dari konseling. Masalah
yang dihadapi oleh konseling itu mempengaruhi kehidupan pribadi maupun sosial
dari konselingnya.
2) Masalah yang cukup serius itu,
selalu mengganggu pikiran dan perasaan, serta masalah tersebut diluar jangkauan
subjek untuk mangatasi atau menyelesaikan sendiri. Masalah tersebut adalah
suatu masalah dimana konseling sudah merasa tidak mampu untuk menyelesaikan
masalah tersebut dengan dirinya sendiri. Maka, disini konseling membutuhkan
bantuan dari konselor untuk membantu salam upaya pemecahan masalahnya tersebut.
Bila masalah tersebut tak terpecahkan ataupun tak
terselesaikan, maka akan mengakibatkan kerugian bagi subjek maupun pihak lain
yang boleh jadi berdampak memunculkan masalah baru. Jika suatu masalah yang
dihadapi oleh konseling tidak segera terpecahkan atau terselesaikan, maka
masalah tersebut dapat memunculkan suatu masalah yang baru dan akan mengganggu
kehidupan dari konseling. Oleh sebab itu, suatu masalah yang dihadapi oleh konseling
harus secepatnya dapat terselesaikan dengan baik.
D.
Jenis-Jenis Masalah
Jenis-jenis masalah
yang dialami murid sekolah dasar bisa bermacam-macam. Prayitno,(1997)[1]
menyusun serangkaian masalah murid di sekolah dasar. Masalah itu
diklarifikasikan atas:
1)
Masalah Perkembangan
Jasmani Dan Kesehatan.
2)
Masalah Keluarga
3)
Masalah-Masalah
Psikologis.
4)
Masalah-Masalah Social.
5)
Masalah Kesulitan Dalam
Belajar.
A.
PENGERTIAN
KONSELOR
Konselor adalah seorang yang mempunyai
keahlian dalam melakukan konseling. Konselor bergerak terutama dalam konseling di
bidang pendidikan, akan tetapi juga merambah pada bidang industri
dan organisasi, penanganan korban bencana, dan konseling secara umum di masyarakat.
B.
KARAKTERISTIK KONSELOR
- Pengetahuan Mengenai Diri Sendiri (Self-knowledge)
- Kompetensi (Competence)
- Kesehatan Psikologis yang Baik
- Dapat Dipercaya (trustworthness)
- Kejujuran (honest)
- Kekuatan atau Daya (strength)
- Kehangatan (Warmth)
- Pendengar yang Aktif (Active responsiveness)
- Kesabaran
- Kepekaan (Sensitivity)
- Kesadaran Holistik
C. ANALISIS
Apabila hal-hal akan karakteristik konselor ini di
refleksikan terhadap diri sendiri sebagai calon konselor, yang mana tentunya
mau tidak mau diharuskan memenuhi berbagai macam karakteristik tersebut
A. Pengertian Program
Bimbingan dan Konseling
Program bimbingan dan konseling merupakan
suatu rangkaian kegiatan bimbingan dan konseling yang terencana, terorganisasi,
dan terkoordinasi selama periode tertentu. (Winkel, 2006 : 91). Sedangkan
menurut (Purwoko, 2008 : 18) Program bimbingan dan konseling disekolah ialad
sejumlah kegiatan bimbingan dan konseling yang direncanakan oleh sekolah, dan
dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu.
B.
Macam-Macam Tahapan
Bimbingan Konseling
1.
Tahapan
Bimbingan Konseling Individual
Secara umum, proses konseling terdiri dari tiga tahapan yaitu: (1)
tahap awal (tahap mendefinisikan masalah); (2) tahap inti (tahap kerja); dan
(3) tahap akhir (tahap perubahan dan tindakan).
a.
Tahap
Awal
-
Membangun
hubungan konseling yang melibatkan klien (rapport). Kunci keberhasilan
membangun hubungan terletak pada terpenuhinya asas-asas bimbingan dan
konseling, terutama asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan;
dan kegiatan.
-
Memperjelas
dan mendefinisikan masalah. Jika hubungan konseling sudah terjalin dengan baik
dan klien telah melibatkan diri, maka konselor harus dapat membantu memperjelas
masalah klien.
-
Membuat
penaksiran dan perjajagan. Konselor berusaha menjajagi atau menaksir
kemungkinan masalah dan merancang bantuan yang mungkin dilakukan, yaitu dengan
membangkitkan semua potensi klien, dan menentukan berbagai alternatif yang
sesuai, untuk mengantisipasi masalah yang dihadapi klien.
-
Menegosiasikan
kontrak. Membangun perjanjian antara konselor dengan klien, berisi: (1) Kontrak
waktu, yaitu berapa lama waktu pertemuan yang diinginkan oleh klien dan
konselor tidak berkebaratan; (2) Kontrak tugas, yaitu berbagi tugas antara
konselor dan klien; dan (3) Kontrak kerjasama dalam proses konseling, yaitu
terbinanya peran dan tanggung jawab bersama antara konselor dan konseling dalam
seluruh rangkaian kegiatan konseling.
b.
Inti
(Tahap Kerja)
Pada tahap ini terdapat beberapa hal yang harus dilakukan,
diantaranya :
-
Menjelajahi
dan mengeksplorasi masalah klien lebih dalam. Penjelajahan masalah dimaksudkan
agar klien mempunyai perspektif dan alternatif baru terhadap masalah yang
sedang dialaminya.
-
Konselor
melakukan reassessment (penilaian kembali), bersama-sama klien
meninjau kembali permasalahan yang dihadapi klien.
-
Menjaga
agar hubungan konseling tetap terpelihara.
Hal ini bisa terjadi jika :
-
Klien
merasa senang terlibat dalam pembicaraan atau waancara konseling, serta
menampakkan kebutuhan untuk mengembangkan diri dan memecahkan masalah yang
dihadapinya.
-
Konselor
berupaya kreatif mengembangkan teknik-teknik konseling yang bervariasi dan
dapat menunjukkan pribadi yang jujur, ikhlas dan benar – benar peduli terhadap
klien.
-
Proses
konseling agar berjalan sesuai kontrak. Kesepakatan yang telah dibangun pada
saat kontrak tetap dijaga, baik oleh pihak konselor maupun klien.
c.
Akhir
(Tahap Tindakan)
Pada tahap akhir ini terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan,
yaitu :
-
Konselor
bersama klien membuat kesimpulan mengenai hasil proses konseling.
-
Menyusun
rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan kesepakatan yang telah
terbangun dari proses konseling sebelumnya.
-
Mengevaluasi
jalannya proses dan hasil konseling (penilaian segera).
-
Membuat
perjanjian untuk pertemuan berikutnya
2.
Tahap
Pelaksanaan Bimbingan Kelompok
Menurut Prayitno (1995: 40) ada empat tahapan, yaitu:
a)
Tahap I permulaan
Tahap permulaan ini disebut pula
tahap pembentukan (forming) karena seperti dijelaskan sebelumnya bahwa
dalam tahap ini dilakukan pembentukan kelompok. Gladding (2012:308) mengatakan
bahwa pada tahap pembentukan (forming), biasanya diletakkan pondasi untuk apa
yang dilakukan kemudian dan siapa yang dianggap di dalam atau di luar
dari pertimbangan kelompok.
b)
Tahap II Peralihan
Pada masa ini sebenarnya terjadi
awal pembentukan suatu hubungan sosial yang dicirikan dengan adanya tanggapan
yang negatif dan kritik dari anggota baik terhadap sesama anggota maupun
terhadap konselor.
Berikut adalah beberapa
tugas utama pemimpin kelompok (konselor) yang perlu dilakukan selama periode
transisi yang penting dalam pengembangan sebuah kelompok (Corey,
2012:118):
·
Mengajarkan anggota
kelompok pentingnya mengenali dan mengekspresikan kekhawatiran mereka,
penolakan/ keengganan, dan reaksi terhadap apa yang terjadi dalam sesi
tersebut.
·
Membantu peserta
mengenali cara di mana mereka bereaksi membela diri dan menciptakan iklim di
mana mereka dapat menangani dengan resistansi mereka secara terbuka.
·
Mengajar para anggota
nilai mengenali dan menangani konflik yang terjadi dalam kelompok secara
terbuka.
c) Tahap III Kegiatan
Tahap ini merupakan
inti dari kegiatan kelompok, maka aspek-aspek yang menjadi isi dan pengiringnya
cukup banyak, dan masing-masing aspek tersebut perlu mendapat perhatian yang
seksama dari pemimpin kelompok.ada beberapa yang harus dilakukan oleh pemimpin
dalam tahap ini, yaitu sebagai pengatur proses kegiatan yang sabar dan terbuka,
aktif akan tetapi tidak banyak bicara, dan memberikan dorongan dan penguatan
serta penuh empati.
Jika tahap-tahap sebelumnya berhasil dengan baik, maka tahap kegiatan ini
akan berlangsung dengan lancar, dan konselor mungkin sudah bisa lebih santai
dan membiarkan para anggota kelompok sendiri melakukan kegiatan tanpa banyak
campurtangan dari konselor.
d) Tahap IV Pengakhiran
Pada tahap pengakhiran bimbingan kelompok, pokok perhatian utama bukanlah
pada berapa kali kelompok itu harus bertemu, tetapi pada hasil yang telah
dicapai oleh kelompok itu.Kegiatan kelompok sebelumnya dan hasil-hasil yang
dicapai seyogyanya mendorong kelompok itu harus melakukan kegiatan sehingga
tujuan bersama tercapai secara penuh. Dalam hal ini ada kelompok yang
menetapkan sendiri kapan kelompok itu akan berhenti melakukan kegiatan, dan
kemudian bertemu kembali untuk melakukan kegiatan.
Ada beberapa hal yang dilakukan pada tahap ini, yaitu:
1) Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri.
2) Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan.
3) Membahas kegiatan lanjutan.
4) Mengemukakan pesan dan harapan