Senin, 30 Maret 2015

BIMBINGAN DAN KONSELING




A.    Pengertian bimbingan dan konseling
Bimbingan merupakan  bantuan yang diberikan kepada individu dari seseorang yang ahli. Adapun konseling menurut prayitno dan erman amti (2004:105) adalah proses pemberian bantuan yang di lakukan melalui wawancara oleh seorang konselor kepada individu yang sedang mengalami masalah (klien) yang bernuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.
Pengertian bimbingan dan konseling menurut beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para tokoh, bahwa bimbingan  dan konseling adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh seorang yang ahli yang telah mendapat  pelatihan khusus.
B.     Hubungan bimbingan dan konseling
Menurut prof. bimo walgito, para ahli sepakat secara bulat, baik tentang kesamaan antara bimbingan dan konseling serta perbedaannya, maupun saling melengkapi antara kegiatan bimbingan dan konseling.
Pandangan lain ialah bahwa guidance dan conseling merupakan kegiatan yang integral, keduanya tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, perkataan guidance selalu dirangkaikan dengan counseling sebagai kata majemuk.Counseling merupakan salah satu jenis tehnik pelayanan bimbingan diantara pelayanan – pelayanan lainnya, dan sering dikatakan sebagai inti dari keseluruhan pelayanan dalam hubungan.
C.     Pengetian prinsip bimbingan dan konseling
Prinsip berasal dari kata “PRINSIPRA” yang berarti permulaan dengan suatu cara tertentu melahirkan hal – hal lain, yang keberadaannya tergantung dari pemula itu, prinsip ini merupakan hasil perpaduan antara kajian teoritik dan teori  lapangan yang terarah yang digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan yang dimaksudkan.
Ada beberapa prinsip pelaksanaan bimbingan dan konseling diantaranya :
1.      Bimbingan adalah suatu proses membantu individu agar nereka dapat membantu dirinya sendiri dalam menyelesaikan masalah yang di hadapinya
2.      Hendaknya bimbingan bertitik tolak pada individu yang di bombing
3.      Bimbingan diarahkan kepada individu dan tiap individu memiliki karakteristik tersendiri
4.      Masalah yang dapat diselesaikan oleh tim pembimbing dilingkungan lembaga hendaknya diserahkan kepada ahli atau lembaga yang berwenang menyelesaikannya
5.      Bimbingan dimulai dengan identifikasi kebutuhan yang dirasakan individu yang akan dibimbing
Rumusan prinsip – prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya ialah berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan dan proses penanganan masalah, program pelayanan, penyelenggaraan pelayanan.
D.    Macam – macam prinsip bimbingan dan konseling
a.       Prinsip – prinsip berkenaan dengan sasaran pelayanan
a.       BK melayani semua individu tanpa memandang umur,  jenis kelamin, suku,  agama, dan status social ekonomi
b.      BK berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis
c.       BK memperhatikan sepenuhnya tahap – tahap dan berbagai aspek perkembangan individu
d.      BK memberikan perhatian utama kepada perbedaan individual yang menjadi orientasi pokok pelayanannya.
b.      Prinsip – prinsip berkenaan dengan masalah individu
a.       BK berurusan dengan hal – hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental atau fisik individu terhadap penyesuaian dirinya dirumah, disekolah serta dalam kaitannya dengan kontak social dan pekerjaan, dan sebaiknya pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu
b.      Kesenjangan social, ekonomi dan kebudayaan merupakan factor timbulnya masalah pada individu yang kesemuanya menjadi perhatian utama pelayanan BK
c.       Prinsip – prinsip berkenaan dengan program pelayanan
a.       BK merupakan bagian integrasi dari proses pendidikan dan pengembangan, oleh karena itu BK harus diselaraskan dan dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta didik
b.      Program BK harus fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan individu, masyarakat dan kondisi lembaga
c.       Program  bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidikan terendah sampai tertinggi
d.      Pronsip – prinsip berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan
a.       BK  harus diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi permasalahannya
b.      Dalam proses BK keputusan yang diambil dan akan dilakukan oeh individu hendaknya atas kemauan individu itu sendiri bukan karena kemauan atau desakan dari pihak lain
c.       Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi
d.      Kerja sama antara guru pembimbing, guru – guru lain dan orang tua anak amat menentukan hasil pelayanan bimbingan
e.       Prinsip – prinsip bimbingan dan konseling disekolah dalam lapangan operasional bimbingan dan konseling
diharapkan pelayanan bimbingan dan konseling disekolah dapat tumbuh dan  berkembang dengan amat baik mengingat sekolah merupakan lahan yang secara potensial sangat subur.












A.    Sejarah bimbingan konseling didunia internasional
1.      Era tahun 1900 – 1909 (era perintisan)
Tiga tokoh utama pada periode ini adalah Jesse B. Davis, Frank Parsons, dan Clifford Beers.Davis adalah orang pertama yang mengembangkan program bimbingan yang sistematis di sekolah-sekolah.Pada tahun 1907, sebagai pejabat yang bertanggung jawab pada the Grand Rapids (Michigan) school system, ia menyarankan agar guru kelas yang mengajarEnglish Composition untuk mengajar bimbingan satu kali seminggu yang bertujuan untuk mengembangkan karakter dan mencegah terjadinya masalah. Sementara itu, Frank Parsons di Boston melakukan hal yang hampir sama dengan Davis.
Pada tahun yang sama ketika Frank Parsons mendirikan Vocational Bureau (1908), William Heyle juga mendirikan Community Psychiatric Clinicuntuk pertama kalinya. Selanjutnya, The Juvenille Psychopathic institutedidirikan untuk memberi bantuan kepada para pemuda di Chicago yang mempunyai masalah. Dalam keadaan tersebut terlibat pula para psikolog.Tentu saja tidak mungkin berbicara soal kesehatan mental tanpa melibatkan orang-orang yang cukup terkenal, seperti Sigmund Freud dan Joseph Breuer.
2.      Era Tahun 1910-1970
Pada era ini konseling mulai diinstitusionalisasikan dengan didirikannyathe National Vocational Guidance Association (NVGA) pada tahun 1913.Selain itu, pemerintah Amerika Serikat mulai memanfaatkan pelayanan bimbingan untuk membantu veteran perang.Pada dekade 1940-an ditandai munculnya teori konseling Non-Directiveyang dipelopori oleh Carl Rogers. Ia mempublikasikan buku yang berjudulCounseling and Psychotherapy pada tahun 1942. Pada tahun 1950-an muncul pula berbagai organisasi konseling yaitu the American Personnel and Guidance Association (APGA). Selanjutnya disahkannya the National Defense Education Act (NDEA) pada tahun 1958.
3.      Era Tahun 1980-an
Dekade ini profesi konseling sudah mulai berkembang dengan munculnya standarisasi training dan sertifikasi. Pada tahun 1981 dibentuk the Council for Accreditation of Counseling and Related Educational Program(CACREP). CACREP berfungsi untuk melakukan standarisasi pada program pendidikan kondeling di tingkat master dan doktor pada bidang konseling sekolah, konseling komunitas, konseling kesehatan mental, konseling perkawinan dan keluarga, dan konseling di Perguruan Tinggi.
4.      Era Tahun 1990-an
Selama tahun 1980-an dan 1990-an, sejumlah permasalahan sosial mempengaruhi anak-anak yang pada gilirannya mengakselerasi pertumbuhan konseling SD. Isu-isu seperti penyalahgunaan obat, penganiayaan anak, pelecehan seksual dan pengabaian anak, plus meningkatnya minat dan atensi, bagi pencegahannya, mengarah kepada pemandatan konseling SD.
B.     Sejarah Bimbingan Konseling di Indonesia
1.      Sebelum Kemerdekaan
Masa sebelum kemerdekaan yaitu pada masa penjajahan Belanda dan Jepang, kehidupan rakyat Indonesia berada dalam cengkeraman penjajah (Pendidikan diselenggarakan untuk kepentingan penjajah).Para siswa dididik untuk mengabdi untuk kepentingan penjajah.Dalam situasi seperti ini upaya bimbingan sudah tentu diarahkan bagi perwujudan tujuan pendidikan masa itu yaitu menghasilkan manusia pengabdi penjajah.Akan tetapi, rasa nasionalisme rakyat Indonesia ternyata sangat tebal sehingga upaya penjajah banyak mengalami hambatan.
2.      Dekade 40-an (Perjuangan)
pada dekade ini lebih banyak ditandai dengan perjuangan merealisasikan kemerdekaan melalui pendidikan. Masalah kebodohan dan kerbelakangan merupakan masalah besar dan tantangan yang paling besar bagi pendidikan pada saat itu.Tetapi yang lebih mendalam adalah mendidik bangsa Indonesia agar memahami dirinya sebagai bangsa yang merdeka sesuai dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945.Hal ini pulalah yang menjadi fokus utama dalam bimbingan pada saat itu.
3.      Dekade 50-an (Perjuangan)
Kegiatan bimbingan pada masa dekade ini lebih banyak tersirat dalam berbagai kegiatan pendidikan.Upaya membantu siswa dalam mencapai prestasi lebih banyak dilakukan oleh guru di kelas atau di luar.Akan tetapi, pada hakikatnya bimbingan telah tersirat dalam pendidikan dan benar-benar menghadapi tantangan dalam membantu siswa di sekolah agar dapat berprestasi meskipun dalam situasi yang amat darurat.
4.      Dekade 60-an (Perintisan)
memasuki dekade 60-an suasana politik kurang begitu menguntungkan dengan klimaksnya pemberontakan G 30 S/PKI tahun 1965. Akan tetapi, dalam dekade ini pula lahir Orde Baru tahun 1966, yang kemudian meluruskan dan menegakkan serta ini sudah mulai mantap dalam merintis ke arah terwujudnya suatu sistem pendidikan nasional.
5.      Dekade 70-an (Penataan)
Kelahiran orde baru telah banyak menyadarkan bangsa Indonesia akan kelemahan di masa lampau dan kesediaan memperbaiki di masa yang akan datang melalui pembangunan
6.      Dekade 80-an (Pemantapan)
Setelah melalui penataan dalam dekade 70-an, maka dalam dekade 80-an ini bimbingan diupayakan agar mantap. Pemantapan terutama diusahakan untuk menuju kepada perwujudan bimbingan yang profesional
C.     Perkembangan Bimbingan Konseling Di Indonesia
Setelah proklamasi Indonesia tanggal 17 agustus 1945, dan adanya beberapa kementerian pada waktu itu, di Indonesia didirikan kantor tenaga kerja. Ini menunjukan adanya suatu usaha untuk menempatkan orang-orang yang ingin bekerja, yang sebenarnya di sesuaikan dengan kemampuanya. Pada prinsipnya, seperti vocational bureau yang didirikan olejh frank parsons di boston, yaitu menempatkan seseorang pada suatu pekerjaan yang sesuai dengan pekerjaanya.
Pada tahun 1964, IKIP bandung dan IKIP Malang mendirikan jurusan bimbingan dan penyuluhan. Tahun 1971, berdiri proyek perintis sekolah pembangunan (PPSP) pada delapan IKIP yaitu IKIP Padang, IKIP Jakarta, IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, IKIP Semarang, IKIP Surabaya, IKIP Malang, dan IKIP Manado. Melalui proyek ini bimbingan dan penyuluhan dikembangkan, dan berhasil di susun “Pola Dasar Rencana dan Pengembangan Bimbingan dan Penyuluhan” pada PPSP. Kurikulum 1975 untuk sekolah menengah atas pun memuat bimbingan dan penyuluhan.
Di dalam SK Mendikbud ini, istilah bimbingan dan penyuluhan diganti menjadi bimbingan dan konseling di Indonesiadan dilaksanakan oleh guru pembimbing.Dan dari sinilah semuanya mulai jelas.
Pra lahirnya pola 17
Pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan diselenggarakan dengan pola yang tidakjelas. Ketidakjelasan ini berdampak pada pola bimbingan dan konseling yaitu:
1.      Melahirkan miskonsepsi terhadap BK
2.      Munculnya persepsi negatif terhadap pelaksanaan BK
3.      Muncul berbagai kritikan sebagia wujud kekecewaan atas  kinerja guru pembimbing sehingga terjadi kesalahpahaman.
4.      Berlarut-larutnya, persepsi negative dan miskonsepsi
Ada beberapa masalah yang timbul, di antaranya sebagi berikut:
1.      Konselor sekolah di anggap polisi sekolah
2.      BK di anggap semata-mata sebagai pemberi nasihat
3.      BK dibatasi pada masalah yang incidental dan untuk klien-klien tertentu saja
4.      BK melayani orang sakit atau orang kurang normal
5.      Adanya anggapan bahwa pekerja BK bias dilakukan oleh siapa saja. Dsb
Lahirnya pola 17
SK Mendikbud No. 025/1995 sebagai petunjuk pelaksanaan jabatan tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Memuat hal-hal yang substansial khususnya menyangkut bimbingan dan konseling sebagai berikut:
1.      Istilah bimbingan penyuluhan diganti dengan bimbinga koseling
2.      Pelaksanaan bimbingan disekolah di lakukan oleh pmbimbing.
3.      Guru yang ditugaskan adalah guru yang memang berkemampuan melaksanakan kegiatan tersebut.
4.      Kegiatan bimbingan dan konselig dilaksanakan denngan pola yang jelas.
a.       Pengertian, tujuan, fungsi, prinsip, dan asas-asasnya
b.      Bidang bimbingan,  bimbingan pribadi, social belaar dan karir
c.       Jenis layanan: layanan orientasi, informasi, penempatan, pembelajaran, konseling perseorangan, bimbingan kelompok dan konseling kelompok.
d.      Kegiatan pendukung: instrumentasi, himpunan data, konferensi kasus kunjungan rumah.
5.      Setiap kegiatan bimbingan dan konseling dilaksnakan melalui tahap:
a.       Perencanaan kegiatan
b.      Pelaksanaan kegiatan
c.       Penilaian hasil kegiatan
d.      Analisis hasil kegiatan
e.       Tindak lanjut
6.      Kegiatan bimbingan dan konseling dilaksanakan didalam dan diluar jam sekolah. Hal-hal yang substansial di atas di harapkan dapat mengubah kondisi yang tidak jelas yang sudah lama berlangsung sebelumnya.
7.      Penyusunan pedoman musyawarah guru pembimbing (MGP) dengan SK Mendikbud No. 025/1995, khususnya yang menyangkut bimbingan konseling menjadi jelas. Pelaksanaanya adalah guru pembimbing atau guru yang sudah mengikuti penataran bimbingan konseling selama 180 jam. Kegiatanya adalah BK pola 17.









A.    TUJUAN  BIMBINGAN DAN KONSELING
            Sejalan dengan perkembangannya konsepsi bimbingan dan konseling maka tujuan bimbingan dan konselingpun mengalami perubahan dari yang sederhana sampai ke yang lebih konprehensif yaitu:
·         Menurut Hamrin & Cliford, ialah untuk membantu individu membuat pilihan penyesuaian-penyesuaian interpretasi dalam hubungannya dengan situasi-situasi tertentu.
·         Bradshow, untuk memperkuat fungsi-fungsi pendidikan.
·         Tiedeman, untuk membantu menjadi insan yang berguna tidak hanya sekedar mengikuti kegiatan-kegiatan yang berguna saja dengan proses.
Dengan proses konseling dapat:
·         Mendapat dukungan selagi klien mendapatkan segenap kekuatan dan kemampuan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi.
·         Memperoleh wawasan baru yang lebih segar tentang berbagai alternative, pandangan dan pemahaman-pemahaman, serta keterampilan-keterampilan baru.
·         Menghadapi ketakutan-ketakutan sendiri; mencapai kemampuan untuk mengambil keputusan dan keberanian untuk melaksanakan kemampuan untuk mengambil resiko yang mungkin ada dalam proses mencapai tujuan-tujuan yang dikehendaki.
Tujuan konseling dapat terentang dari sekedar klien mengikuti kemauan-kemauan konselor sampai kepada masalah pengambilan keputusan, pengembangan kesadaran, pengembangan pribadi, penyembuhan dan penerimaan diri sendiri.
Menurut Thompson & Rudolph, (1983) Bimbingan dan konseling bertujuan agar klien:
  • Mengikuti kemauan-kemauan/saran-saran konselor.
  • Mengadakan perubahan tingkah laku secara positif.
  • Melakukan pemecahan masalah.
  • Melakukan pengambilan keputusan, pengembangan kesadaran dan pengembangan pribadi.
  • Mengembangkan penerimaan diri.
  • Memberikan pengukuhan.

1.      Tujuan Umum Bimbingan Dan Konseling
Ø  Tujuan umum bimbingan dan konseling di sekolah
Tujuan umum pelayanan bimbingan dan konseling pada dasarnya sejalan dengan tujuan pendidikan itu sendiri karena bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari sistem pendidikan. Pada Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa tujuan pendidikan adalah terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, yang beriman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
2.      Tujuan khusus bimbingan dan konseling
Ø  Tujuan Khusus Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah
1.      Membantu siswa-siswa untuk mengembangkan pemahaman diri sesuai dengan kecakapan, minat, pribadi, hasil belajar, serta kasempatan yang ada.
2.      Membantu siswa-siswa untuk mengembangkan motif-motif dalam belajar, sehingga tercapai kemajuan pengajaran yang berarti.
3.      Memberikan dorongan didalam pengarahan diri, pemecahan masalah, mengambil keputusan, dan keterlibatan diri dalam proses pendidikan.
4.      Membantu siswa-siswa untuk memperoleh kepuasan pribadi dalam menyesuiakan diri secara maksimum terhadap masyarakat.
5.      Membantu siswa-siswa untuk hidup didalam kehidupan yang seimbang dalam berbagai aspek fisik, mental, dan sosial.
Ø  Tujuan Bimbingan Bagi Guru
1.      Membantu guru dalam berhubungan dengan siswa-siswa.
2.      Membantu guru dalam menyesuaikan keunikan individual dengan tuntunan umum sekolah dan masyarakat.
3.      Membantu guru dalam mengenal pentingnya keterlibatan diri dalam keseluruhan program pendidikan.
4.      Membantu keseluruhan program pendidikan untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan seluruh siswa.
Ø  Adapun Tujuan Bimbingan Bagi Sekolah:
1.      Menyusun dan menyesuaikan data tentang siswa yang bermacam-macam.
2.      Mengadakan penelitian tentang siswa dari latar belakangnya.
3.      Membantu menyelenggarakan kegiatan penataran bagi para guru dan personil lainnya, yang berhubungan derngan kegiatan bimbingan.
4.      Mengadakan penelitian lanjutan terhadap siswa-siswa yang telah meninggalkan sekolah.
B.     FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING
            Fungsi bimbingan dan konseling secara umum adalah sebagai fasilitator dan motivator client dalam upaya mengatasi dan mencegah problema kehidupan client dengan kemampuan yang ada pada diri sendiri.Dalam hubungan ini bimbingan dan konseling berfungsi sebagai pemberi layanan kepada preseta didik agar masing-masing peserta didik dapat berkembang secara optimal sehingga menjadi pribadi yang utuh dan mandiri oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling mengembangkan sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi melalui kegiatan bimbingan dan konseling. Fungsi-fungsi tersebut adalah:
1)      Fungsi pemahaman
2)      Fungsi pencegahan
3)      Fungsi pengentasan
4)      Fungsi pengentasan dan peralihan
5)      Fungsi adopsi


A.    Dasar Bimbingan dan Konseling
Dasar bimbingan dan konseling adalah ketentuan-ketentuan yang harus ditetapkan dalam peyelenggaraan pelayanan, agar kegiatan pelayanan tersebut dapat terlakasana dengan baik serta mendapat hasil yang memuaskan bagi konseling.
1.      Asas-Asas Bimbingan dan Konseling
a)      Asas kerahasiaan
b)      Asas keterbukaan
c)      Asas kesukarelaan
d)     Asas kegiatan
e)      Asas kemandirian
f)       Asas kekinian
g)      Asas kedinamisan
h)      Asas keterpaduan
i)        Asas kenormatifan
j)        Asas keahlian
k)      Asas alih tangan
l)        Asas tut wuri handayani
B.     Prinsip-Prinsip Bimbingan dan  Konseling di Sekolah
1)      .      Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran layanan
2)      Prinsip-prinsip berkenaan dengan permasalahan individu
3)      Prinsip-prinsip berkenaan dengan program pelayanan
4)      Prinsip-prinsip berkenaan dengan tujuan pelaksanaan pelayanan
Menurut Haditono 12 prinsip bimbingan adalah sebagai berikut :
a)      Bimbingan dan konseling dimaksudkan untuk anak-anak, orang dewasa, dan orang-orang yang sudah tua.
b)      Tiap aspek dari kepribadian seseorang menentukkan tingkah laku orang itu.
c)      Usaha-usaha bimbingan pada prinsipnya harus menyeluruh kesemua orang karena semua orang mempunyai berbagai masalah yang butuh pertolongan.
d)     Semua guru disekolah seharusnya menjadi pembimbing karena semua murid juga membutuhkan bimbingan.
e)      Sebaiknya semua usaha pendidikan adalah bimbingan sehingga alat-alat dan teknik mengajar juga sebaiknya mengandung suatu dasar pandangan bimbingan


























A.    Pengertian Bimbingan dan konseling
Bimbingan & Konseling“Proses interaksi antara konselor-konselor dengan klien atau konselee baik secara langsung maupun tidak langsung dalam rangka untuk membantu klien agar dapat mengembangkan potensi dirinya atau pun memecahkan permasalahan yang dialaminya
B.     Bidang-bidang Bimbingan konseling
Bidang – bidang bimbingan social di bagi menjadi 4 macam, yaitu :
1)      Bidang Pengembangan Pribadi
2)      Bidang Pengembangan Sosial
3)      Bidang Pengembangan Kegiatan Belajar
4)      Bidang Pengembangan Karier
C.     Layanan Bimbingan dan Konseling
Ø  Prayitno, menjelaskan bahwa layanan BK mencakup sembilan jenis layanan, yaitu:
1.      Layanan Orientasi
2.      Layanan Informasi
3.      Layanan Penempatan dan Penyaluran.
4.      Layanan Penguasaan Konten
5.      Layanan Konseling Individual
6.      Layanan Bimbingan Kelompok
7.      Layanan Konseling Kelompok
8.      Layanan Mediasi
9.      Layanan Konsultasi
A.      Pengertian Layanan dalam Bimbingan dan Konseling
Istilah bimbingan dan konseling sudah sangat popular di saat ini. Bahkan sangat penting peranannya dalam sistem pendidikan. Semua ini terbukti karena bimbingan dan konseling telah dimasukkan dalam kurikulum bahkan merupakan ciri khas dari kurikulum SMP dan SMA/SMK  tahun 1975, 1984, 1994, 2004 dan KTSP di seluruh Indonesia. (Sukardi, 2008: 1)
B.       Jenis – Jenis Layanan dalam Bimbingan dan Konseling
1)      Layanan Orientasi
Layanan orientasi adalah layanan bimbingan yang dilakukan untuk memperkenalkan siswa baru dan atau seseorang terhadap lingkungan yang baru dimasukinya.
2)      Layanan Informasi
Layanan informasi yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik.
3)      Layanan Penempatan dan Penyaluran
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat sesuai dengan potensi, bakat dan minat serta kondisi pribadi.Fungsi utama dari layanan ini adalah fungsi pencegahan, pemeliharaan, advokasi.
4)      Layanan Konten atau Layanan Pembelajaran
Menurut Prayitno (2004), layanan penguasaan konten merupakan suatu layanan bantuan kepada individu (siswa) baik sendiri maupun dalam kelompok untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar.
5)      Layanan Konseling Perorangan
Layanan konselng perorangan bermakna layanan konseling yang diselenggarakan oleh seorang pembimbing  (konselor) terhadap seorang klien dalam rangka pengentasan masalah pribadi klien (Prayitno, 2004).

6)      Layanan Bimbingan Kelompok
Layanan bimbingan kelompok membahas materi atau topik-topik umum baik topik tugas maupun topik bebas.Yang dimaksud topik tugas adalah topik atau pokok bahasan yang diberikan oleh pembimbing (pimpinan kelompok) kepada kelompok untuk dibahas.Sedangkan topik bebas adalah suatu topik atau pokok bahasan yang dikemukakan secara bebas oleh anggota kelompok. Secara bergiliran anggota kelompok mengemukakan topik secara bebas, selanjutnya dipilih mana yang akan dibahas terlebih dahulu dan seterusnya.
7)      Layanan Konseling kelompok
Layanan Konseling Kelompok Merupakan layanan memungkinkan siswa masing-masing anggota kelompok memperoleh kesempatan untuk membahas dan pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok.
8)      Layanan Mediasi
Layanan mediasi merupakan layanan yang memungkinkanpihak-pihak yang sedang dalam keadaan saling tidak menemukan kecocokan menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan mereka.Layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antar mereka.
C.     Tujuan dan Fungsi diberikanya Pelayanan dalam Bimbingan dan Konseling di Sekolah
1.      Tujuan diberikannya Pelayanan dalam Bimbingan dan Konseling di Sekolah
a.       Menghayati nilai-nilai agama sebagai pedoman dalam berperilaku. Berperilaku atas dasar keputusan yang mempertimbangkan aspek-aspek nilai dan berani menghadapi resiko. 
b.      Memiliki kemampuan mengendalikan diri (self-control) dalam mengekspresikan emosi atau dalam memenuhi kebutuhan diri. 
c.       Mampu memecahkan masalah secara wajar dan objektif. 
d.      Memelihara nilai-nilai persahabatan dan keharmonisan dalamberinteraksi dengan orang lain. 
2.      Fungsi diberikannya Pelayanan dalam Bimbingan dan Konseling di Sekolah
a.       Fungsi pemahaman yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan
b.      Fungsi pencegahan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan tercegahnya dan terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat mengganggu, menghambat, ataupun menimbulkan kesulitan dan kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.
c.       Fungsi pemeliharaan dan pengembangan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terpeliharanya danterkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.






















A.    Pengertian Kegiatan Pendukung Bimbingan Konseling
Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling adalah usaha untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang diri peserta didik (klien) dan keterangan tentang lingkungannya, baik itu di lingkungan keluarga, sekolah, ataupun dilingkungan sekitarnya.
B.     Macam – Macam Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling
1.      Aplikasi instrumentasi Bimbingan dan konseling
Aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan koseling untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik (baik secara individu maupun kelompok).
·         Operasionalisasi dalam kegiatan ini adalah
1)    Perencanaan
Menetapkan objek  yang akan diukur, menetapkan subjek, menetapkan/menyusun instrument, menetapkan prosedur, menetapkan fasilitas, menyiapkan kelengkapan administrative.
2)    Pelaksanaan
Mengkomunikasikan rencana pelaksanaan aplikasi instrumentasi, mengorganisasikan kegiatan instrument, pengadministrasi, mengolah jawaban intrumen, menafsirkan dan menetapkan arah penggunaan hasil intrumen.
3)    Evaluasi dan Analisis
Menetapkan materi evaluasi, menetapkan prosedur, melaksanakan evaluasi dan mengolah serta menafsirkan hasil evaluasi.Serta menganalisis dengan Menetapkan norma/standar analisis, melakukan asanalisis dan menafsirkan hasil analisis.
4)    Tindak Lanjut
Menetapkan jenis dan arah tindak lanjut aplikasi instrumentasi, mengkomunikasikan  rencana tindak lanjut dan melaksanakan tindak lanjut. Dan juga menyusun laporan aplikasi instrumentasi, menyampaikan laporan dan mendokumentasi laporan.
2.      Himpunan Data
Himpunan data bertujuan untuk memperoleh pengertian yang lebih luas,lebih lengkap,dan lebih mendalam tentangmasing-masing peserta didik dan membantu siswa memperoleh pemahaman diri sendiri.
·   Operasionalisasi dalam kegiatan ini adalah
1)  Perencanaan
Menetapkan jenismenetapkan dan manata fasilitas, menetapkan mekanisme pengisian, pemeliharaan dan penggunaan serta menyiapkan kelengkapan administrative.
2)  Pelaksanaan
Memetik dan memasukkan ke dalam HD sesuai dengan klasifikasi, memanfaatkan data, memelihara dan mengembangkan HD.
 3)  Evaluasi dan Analisis
      Mengkaji evisiensi sistematika dan penggunaan fasilitas  yang digunakan, memerikasa kelengkapan, keakuratan, keaktualan dan kemanfaatan HD, serta melaksanakan analisis terhadap hasil evaluasi berkenaan dengan kelengkapan, keakuratan, keaktualan, kemanfaatan dan efisiensi penyelenggaraannya.
4)  Tindak Lanjut
Dalam hal ini adalah mengembangkan himpunan data yang  mencakup: bentuk, klasifikasi dan sistematika data, kelengkapan, keakuratan, ketepatan dan keaktualan data, kemanfaatan data, Penggunaan teknologi. Data yang terhimpun harus dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseling.   Teknis penyelenggaraan serta menyusun laporan HD, menyampaikan laporan dan mendokumentasi laporan.
3.      Konferensi Kasus
Konferensi kasus merupakan forum terbatas yang dilakukan oleh pembimbing atau konselor guna membahas suatu permasalahan dan arah pemecahanya.Tujuan konferensi kasus secara khusus antara lain untuk mendapatkan suatu consensus dari para ahli dalam menafsirkan data atau informasi yang cukup memadai dan memudahkan pengambilan keputusan.
·         Operasionalisme dalam kegiatan ini adalah :
1)  Perencanaan
Konferensi kasus harus dibicarakan terlebih dahulu dan mendapat persetujuan dari klien yang bermasalah.Dan seluruh peserta pertemuan harus diyakinkan oleh konselor dan memiliki sikap yang teguh untuk merahasiakan segenap aspek dari kasus yang dibicarakan.
2)  Pelaksanaan
Konselor harus mengarahkan pembicaraan sehingga seluruh peserta dapat mengemukakan data atau keterangan yang mereka ketahui dan mengembangkan pikiran untuk memecahkan masalah siswa.
3)  Analisis dan Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari konferensi kasus yang sukses apabila konselor memperoleh data atau keterangan tambahan yang amat berarti bagi pemecahan masalah siswa dan terbangunnya komitmen seluruh peserta pertemuan untuk menyokong upaya pengentasan masalah siswa.
4)  Tindak Lanjut
Seluruh hasil pertemuan dicatat dan didokumentasikan secara rapi oleh konselor dan sebanyak-banyaknya dipergunakan untuk menunjang jenis-jenis layanan masalah siswa yang bersangkutan.
4.      Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah merupakan kegiatan untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan peserta didik melalui kunjungan rumah klien. Kerja sama dengan orang tua sangat diperlukan, dengan tujuan untuk memperoleh keterangan dan membangun komitmen dari pihak orang tua/keluarga untuk mengentaskan permasalahan klien. Kegiatan kunjungan rumah memiliki fungsi pemahaman dan pengentasan.
·         Operasionalisasi dalam kegiatan ini adalah
1)  Perencanaan
Menetapkan kasus yang memerlukan KR, meyakinkan klien akan KR, menyiapkan  data dan informasi yang akan dikomunikasikan dengan keluarga, menetapkan materi KR dan meyiapkan kelengkapan administrasi.
2)  Pelaksanaan
Pelaksanaannya adalah mengkomunikasikan rencana pelaksanaan KR, melakukan KR berupa: Bertemu anggota  keluarga (ortu/wal), Membahas masalah klien, Melengkapi data, Mengembangkan komitmen, Menyelenggarakan konseling keluarga , dan merekam dan menyimpulkan hasil KR
3)   Evaluasi dan Analisis
Mengevaluasi proses pelaksanaan KR, mengevaluasi kelengkapan dan keakurautan data hasil KR serta komitmen ortu/wali, mengevaluasi penggunaan data dalam rangka pengentasan  masalah klien. Dan menganalisis  terhadap efektifitas penggunaan hasil KR terhadap penanganan kasus.
4)   Tindak Lanjut
Tindakan selanjutnya adalah mempertimbangkan apakah perlu dilaksanakan KR ulang atau lanjutan dan mempertimbangkan tindak  lanjut layanan dengan menggunakan  hasil KR  yang lebih lengkap dan akurat. Serta menyusun laporan KR,  menyampaikan laporan dan mendokumentasi laporan.
5.      Alih Tangan Kasus.
Alih tangan kasus merupakan kegiatan untuk untuk memperoleh penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang dialami klien dengan memindahkan penanganan kasus ke pihak lain yang lebih kompeten.
·      Operasionalisasi yang perlu dilakukan dalam Alih tangan kasus ini adalah
1)    Perencanaan
Menetapkan kasus yang akan di ATK, meyakinkan klien akan ATK, menghubung ahli lain yang menjadi arah ATK, menyiapkan   materi ATK dan kelengkapan administratif.


2)    Pelaksanaan
Mengkomunikasikan rencana ATK kepada pihak terkait dan mengalihtangankan klien kepada pihak terkait itu.


3)    Evaluasi dan Analisis
Membahas hasil ATK  melalui: Klien, laporan dari ahli lain dan analisis hasil ATK  kemudian mengkaji hasil ATK terhadap  pengentasan  masalah klien. Serta Melakukan analisis terhadap efektifitas ATK terhadap pengentsan  masalah  klien secara menyeluruh.
4)    Tindak Lanjut
Tindak lanjut yang dilakukan adalah menyelenggarakan layanan lanjutan oleh konselor jika diperlukan atau klien memerlukan ATK ke ahli lain lagi. Serta Menyusun laporan kegiatan ATK,  menyampaikan laporan dan mendokumentasi laporan.




















A.    Pengertian masalah Dalam BK
Masalah dalam bimbingan dan konseling adalah segala sesuatu yang menjadi kendala atau hambatan pada diri siswa yang harus dipecahkan dalam pencapaian dan terwujudnya suaatu tujuan bimbingan dan konseling.
Tujuan bimbingan dan konseling secara umum itu sendiri antara lain:
1)      Terpecahnya suatu masalah yang menjadi hambatan bagi siswa
2)      Menjadikan pribadi yang mandiri pada diri siswa
3)      Mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam diri siswa
4)      Menambah wawasan
B.     Ciri ciri masalah
Adapun ciri-ciri masalah adalah sebagai berikut:
1)      Masalah yang muncul karena ada kesenjangan antara harapan (das sollen)dan kenyataan (das sein).
2)      Semakin besar kesenjangan, maka masalah semakin berat.
3)      Tiap kesenjangan yang terjadi dapat menimbulkan persepsi yang berbeda
4)      Masalah muncul sebagai perilaku yang tidak dikehendaki oleh individu itu sendiri maupun oleh lingkungan.
5)      Masalah timbul akibat dari proses belajar yang keliru.
6)      Masalah memerlukan berbagai pertanyaan dasar yang perlu dijawab.
C.     kriteria masalah
Berikut ini adalah kriteria masalah dalam konseling secara prinsip, antara lain:
1)      Masalah sebagai kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang tergolong serius, sifatnya khas dan cukup mengguncangkan kehidupan secara sosial maupum pribadi dari konseling. Masalah yang dihadapi oleh konseling itu mempengaruhi kehidupan pribadi maupun sosial dari konselingnya.
2)      Masalah yang cukup serius itu, selalu mengganggu pikiran dan perasaan, serta masalah tersebut diluar jangkauan subjek untuk mangatasi atau menyelesaikan sendiri. Masalah tersebut adalah suatu masalah dimana konseling sudah merasa tidak mampu untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan dirinya sendiri. Maka, disini konseling membutuhkan bantuan dari konselor untuk membantu salam upaya pemecahan masalahnya tersebut.
Bila masalah tersebut tak terpecahkan ataupun tak terselesaikan, maka akan mengakibatkan kerugian bagi subjek maupun pihak lain yang boleh jadi berdampak memunculkan masalah baru. Jika suatu masalah yang dihadapi oleh konseling tidak segera terpecahkan atau terselesaikan, maka masalah tersebut dapat memunculkan suatu masalah yang baru dan akan mengganggu kehidupan dari konseling. Oleh sebab itu, suatu masalah yang dihadapi oleh konseling harus secepatnya dapat terselesaikan dengan baik.
D.    Jenis-Jenis Masalah
Jenis-jenis masalah yang dialami murid sekolah dasar bisa bermacam-macam. Prayitno,(1997)[1] menyusun serangkaian masalah murid di sekolah dasar. Masalah itu diklarifikasikan atas:
1)      Masalah Perkembangan Jasmani Dan Kesehatan.
2)      Masalah Keluarga 
3)      Masalah-Masalah Psikologis.
4)      Masalah-Masalah Social.
5)      Masalah Kesulitan Dalam Belajar.















A.   PENGERTIAN KONSELOR
                         Konselor adalah seorang yang mempunyai keahlian dalam melakukan konseling. Konselor bergerak terutama dalam konseling di bidang pendidikan, akan tetapi juga merambah pada bidang industri dan organisasi, penanganan korban bencana, dan konseling secara umum di masyarakat.
B.     KARAKTERISTIK KONSELOR
  1. Pengetahuan Mengenai Diri Sendiri (Self-knowledge)
  1. Kompetensi (Competence)
  1. Kesehatan Psikologis yang Baik
  1. Dapat Dipercaya (trustworthness)
  1. Kejujuran (honest)
  1. Kekuatan atau Daya (strength)
  1. Kehangatan (Warmth)
  1. Pendengar yang Aktif (Active responsiveness)
  1. Kesabaran
  1. Kepekaan (Sensitivity)
  1. Kesadaran Holistik
C.     ANALISIS
Apabila hal-hal akan karakteristik konselor ini di refleksikan terhadap diri sendiri sebagai calon konselor, yang mana tentunya mau tidak mau diharuskan memenuhi berbagai macam karakteristik tersebut
A.   Pengertian Program Bimbingan dan Konseling
Program bimbingan dan konseling merupakan suatu rangkaian kegiatan bimbingan dan konseling yang terencana, terorganisasi, dan terkoordinasi selama periode tertentu. (Winkel, 2006 : 91). Sedangkan menurut (Purwoko, 2008 : 18) Program bimbingan dan konseling disekolah ialad sejumlah kegiatan bimbingan dan konseling yang direncanakan oleh sekolah, dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu.
B.     Macam-Macam Tahapan Bimbingan Konseling
1.      Tahapan Bimbingan Konseling Individual
Secara umum, proses konseling terdiri dari tiga tahapan yaitu: (1) tahap awal (tahap mendefinisikan masalah); (2) tahap inti (tahap kerja); dan (3) tahap akhir (tahap perubahan dan tindakan).
a.       Tahap Awal
-          Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien (rapport). Kunci keberhasilan membangun hubungan terletak pada terpenuhinya asas-asas bimbingan dan konseling, terutama asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan; dan kegiatan.
-          Memperjelas dan mendefinisikan masalah. Jika hubungan konseling sudah terjalin dengan baik dan klien telah melibatkan diri, maka konselor harus dapat membantu memperjelas masalah klien.
-          Membuat penaksiran dan perjajagan. Konselor berusaha menjajagi atau menaksir kemungkinan masalah dan merancang bantuan yang mungkin dilakukan, yaitu dengan membangkitkan semua potensi klien, dan menentukan berbagai alternatif yang sesuai, untuk mengantisipasi masalah yang dihadapi klien.
-          Menegosiasikan kontrak. Membangun perjanjian antara konselor dengan klien, berisi: (1) Kontrak waktu, yaitu berapa lama waktu pertemuan yang diinginkan oleh klien dan konselor tidak berkebaratan; (2) Kontrak tugas, yaitu berbagi tugas antara konselor dan klien; dan (3) Kontrak kerjasama dalam proses konseling, yaitu terbinanya peran dan tanggung jawab bersama antara konselor dan konseling dalam seluruh rangkaian kegiatan konseling.
b.      Inti (Tahap Kerja)
Pada tahap ini terdapat beberapa hal yang harus dilakukan, diantaranya :
-          Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah klien lebih dalam. Penjelajahan masalah dimaksudkan agar klien mempunyai perspektif dan alternatif baru terhadap masalah yang sedang dialaminya.
-          Konselor melakukan reassessment (penilaian kembali), bersama-sama klien meninjau kembali permasalahan yang dihadapi klien.
-          Menjaga agar hubungan konseling tetap terpelihara.
Hal ini bisa terjadi jika :
-          Klien merasa senang terlibat dalam pembicaraan atau waancara konseling, serta menampakkan kebutuhan untuk mengembangkan diri dan memecahkan masalah yang dihadapinya.
-          Konselor berupaya kreatif mengembangkan teknik-teknik konseling yang bervariasi dan dapat menunjukkan pribadi yang jujur, ikhlas dan benar – benar peduli terhadap klien.
-          Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak. Kesepakatan yang telah dibangun pada saat kontrak tetap dijaga, baik oleh pihak konselor maupun klien.
c.       Akhir (Tahap Tindakan)
Pada tahap akhir ini terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu :
-          Konselor bersama klien membuat kesimpulan mengenai hasil proses konseling.
-          Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan kesepakatan yang telah terbangun dari proses konseling sebelumnya.
-          Mengevaluasi jalannya proses dan hasil konseling (penilaian segera).
-          Membuat perjanjian untuk pertemuan berikutnya
2.      Tahap Pelaksanaan Bimbingan Kelompok
Menurut Prayitno (1995: 40) ada empat tahapan, yaitu:
a)      Tahap I permulaan 
      Tahap permulaan ini disebut pula tahap pembentukan (forming) karena seperti dijelaskan sebelumnya bahwa dalam tahap ini dilakukan pembentukan kelompok. Gladding (2012:308) mengatakan bahwa pada tahap pembentukan (forming), biasanya diletakkan pondasi untuk apa yang dilakukan kemudian dan siapa yang dianggap di dalam atau di luar dari pertimbangan kelompok.
b)      Tahap II Peralihan
      Pada masa ini sebenarnya terjadi awal pembentukan suatu hubungan sosial yang dicirikan dengan adanya tanggapan yang negatif dan kritik dari anggota baik terhadap sesama anggota maupun terhadap konselor. 
Berikut adalah beberapa tugas utama pemimpin kelompok (konselor) yang perlu dilakukan selama periode transisi yang penting dalam pengembangan sebuah kelompok (Corey, 2012:118):
·         Mengajarkan anggota kelompok pentingnya mengenali dan mengekspresikan kekhawatiran mereka, penolakan/ keengganan, dan reaksi terhadap apa yang terjadi dalam sesi tersebut.
·         Membantu peserta mengenali cara di mana mereka bereaksi membela diri dan menciptakan iklim di mana mereka dapat menangani dengan resistansi mereka secara terbuka.
·         Mengajar para anggota nilai mengenali dan menangani konflik yang terjadi dalam kelompok secara terbuka.
c)      Tahap III Kegiatan
Tahap ini merupakan inti dari kegiatan kelompok, maka aspek-aspek yang menjadi isi dan pengiringnya cukup banyak, dan masing-masing aspek tersebut perlu mendapat perhatian yang seksama dari pemimpin kelompok.ada beberapa yang harus dilakukan oleh pemimpin dalam tahap ini, yaitu sebagai pengatur proses kegiatan yang sabar dan terbuka, aktif akan tetapi tidak banyak bicara, dan memberikan dorongan dan penguatan serta penuh empati.
Jika tahap-tahap sebelumnya berhasil dengan baik, maka tahap kegiatan ini akan berlangsung dengan lancar, dan konselor mungkin sudah bisa lebih santai dan membiarkan para anggota kelompok sendiri melakukan kegiatan tanpa banyak campurtangan dari konselor.
d)     Tahap IV Pengakhiran
Pada tahap pengakhiran bimbingan kelompok, pokok perhatian utama bukanlah pada berapa kali kelompok itu harus bertemu, tetapi pada hasil yang telah dicapai oleh kelompok itu.Kegiatan kelompok sebelumnya dan hasil-hasil yang dicapai seyogyanya mendorong kelompok itu harus melakukan kegiatan sehingga tujuan bersama tercapai secara penuh. Dalam hal ini ada kelompok yang menetapkan sendiri kapan kelompok itu akan berhenti melakukan kegiatan, dan kemudian bertemu kembali untuk melakukan kegiatan.
Ada beberapa hal yang dilakukan pada tahap ini, yaitu:
1)      Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri.
2)      Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan.
3)      Membahas kegiatan lanjutan.
4)      Mengemukakan pesan dan harapan



Biografi Ir Soekarno

Ir. Soekarno (lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 – meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69 tahun) ia merupakan  Presiden In...